Rasulullah saw bersabda dalam hadis yang dikutip oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زادَ اللهُ عَبْداً بعَفْوٍ إِلاَّ عِزّاً، وَمَا تَوَاضَعَ أحَدٌ للهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ
Artinya, “Tidaklah sedekah mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan. Tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan derajatnya”. (HR Muslim).
Keutamaan orang yang memberi maaf kepada orang lain adalah dicintai, disukai, dan dimuliakan oleh orang-orang sekitarnya karena dengan karakter tersebut, dia akan disegani oleh orang lain. Di dalam hati orang lain, ia menempati tempat yang terhormat. Imam At-Thibi berkata:
فَإِنَّهُ إِذَا عُرِفَ بِالْعَفْوِ سَادَ وَعَظُمَ فِي الْقُلُوبِ وَزَادَ عِزُّهُ
Artinya, “Jika seseorang dikenal dengan karakter pemaaf, maka dia akan menjadi mulia di dalam hati orang lain, serta kehormatannya akan bertambah”.
Karena itu, salah besar jika memberi maaf berarti kalah dan menjadi hina.
Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah
Memberi maaf memang perilaku yang sangat mulia, akan tetapi ada hal yang jauh lebih mulia lagi untuk bisa dilakukan ketika ada orang yang berbuat salah, yaitu membalas kesalahan orang lain dengan kebaikan. Memberi maaf adalah satu kemuliaan, tetapi membalas kesalahan orang dengan kebaikan adalah kemuliaan tersendiri yang berada di puncak kesempurnaan seorang manusia.
Dalam hal ini, Allah swt memerintahkan kita untuk memiliki karakter seperti ini dalam surat Al-Mu’minun ayat 96:
اِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ السَّيِّئَةَۗ نَحْنُ اَعْلَمُ بِمَا يَصِفُوْنَ Artinya,
“Balaslah keburukan (mereka) dengan (perbuatan) yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan”.
Selanjutnya...