Naskah Khutbah Idul Fitri 2024: Hari Raya Fitri dan Sikap Memaafkan

Red: Ani Nursalikah

Selasa 09 Apr 2024 03:05 WIB

Pedagang kulit ketupat melayani pembeli di kawasan Palmerah, Jakarta, Kamis (20/4/2023). Foto:

1

Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah

Memberi maaf juga merupakan karakter sangat mulia di dalam Islam. Keutamaannya tidak kalah tinggi dari meminta maaf. Sifat ini menunjukan karakter keindahan, kekuatan, dan kerendahan hati seseorang adalah memaafkan kesalahan orang lain.

Dengan memaafkan dan tidak memendam rasa, seseorang akan mendapatkan ketenangan jiwa sebagai buah proses pendewasaan hati dalam menghadapi segala macam kondisi buruk yang ada di hadapannya. Karakter memaafkan juga akan melahirkan kedermawanan, kepedulian sosial, dan hubungan baik antar anggota masyarakat.

Jalaluddin Abdurrahman mengatakan bahwa setiap ajaran Islam yang tertuang dalam teks suci Al-Quran dan hadits mengandung kemaslahatan, baik dari segi agama, keturunan, jiwa, akal, maupun harta. Nabi saw bersabda sebagaimana diriwayatkan Imam At-Thabarani dalam kitab Al-Mu'jamul Kabir juz XVII halaman 269:

 يَا عُقْبَةُ أَلَا أُخْبِرُكَ بِأَفْضَلِ أَهْلِ الدُّنْيَا وَأَهْلِ الْآخِرَةِ: تَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ، وَتُعْطِي مَنْ حَرَمَكَ، وَتَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ Artinya,

“Wahai ‘Uqbah, aku kabarkan kepadamu akhlak terbaik penghuni dunia dan akhirat: saat kamu mau menyambung hubungan orang yang memutuskannya, memberikan sesuatu orang yang menjauhkanmu, dan memaafkan kesalahan orang yang menzalimimu”. (HR At-Thabarani).

Hadis ini disampaikan Nabi saw ketika turun ayat 199 surat Al-A’raf yang berbunyi:

 خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ Artinya,

“Maafkanlah dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.”

Selanjutnya...

Dalam hadits lain disebutkan, ketiga karakter ini akan memberikan kemudahan dalam perhitungan amal dan masuk surga. Nabi saw bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim dalam kitab Al-Mustadrak juz I halaman 563:

 ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ حَاسَبَهُ اللَّهُ حِسَابًا يَسِيرًا وَأَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِهِ. قَالُوا: لِمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: تُعْطِي مَنْ حَرَمَكَ، وَتَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ، وَتَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ. قَالَ: فَإِذَا فَعَلْتُ ذَلِكَ، فَمَا لِي يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: أَنْ تُحَاسَبَ حِسَابًا يَسِيرًا وَيُدْخِلَكَ اللَّهُ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِهِ

Artinya, “Tiga hal yang menjadikan seseorang akan dihisab oleh Allah dengan mudah dan akan dimasukkan ke dalam surga dengan Rahmat-Nya. Para sahabat bertanya, bagi siapa ya Rasulullah?"

Jawabnya, "Engkau memberi orang yang menghalangimu, engkau memaafkan orang yang mendzalimimu, dan engkau menjalin persaudaraan dengan orang yang memutuskan silaturahim denganmu.

Lalu ditanyakan: "Jika saya melakukannya, apa yang saya dapat ya Rasulullah?" Jawabnya: "Engkau akan dihisab dengan hisab yang ringan dan Allah akan memasukkanmu ke dalam surga dengan rahmat-Nya”.

Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah

Sikap memberi maaf bukan berarti seseorang menjadi kalah. Sikap memberi maaf juga bukan berarti seseorang menjadi lebih hina dan rendah karena harga dirinya diinjak-injak, tanpa adanya perlawanan.

Hal ini yang masih menjadi permasalahan di sebagian manusia yang menganggap bahwa harga dirinya harus dijaga dengan cara tidak memberikan maaf kepada orang yang berbuat salah kepadanya.

Selanjutnya...

Terpopuler