Sebagaimana disebutkan oleh sayyidah 'Aisyah r.a.
قَالَتْ : مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا عن عائشة غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسْأَل عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسْأَلُ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا
Dari Aisyah rahiyallahuanha berkata bahwa Rasulullah SAW tidak pernah menambah lebih dari 11 rakaat shalat di bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan. Beliau shalat empat rakaat, jangan ditanya tentang kebagusan dan panjangnya. Kemudian beliau shalat empat rakaat lagi dan jangan juga ditanya tentang kebagusan dan panjangnya. Kemudian beliau shalat 3 rakaat. (HR. Bukhari)
Hadits ini kemudian dikomentari oleh banyak ulama, bahwa maksud Nabi Muhammad SAW sholat empat rakaat itu tidak diartikan bahwa Nabi Muhammad SAW sholat dengan format empat rakaat satu salam. Akan tetapi, maksudnya adalah Nabi Muhammad SAW tetap sholatnya dua rakaat satu salam, hanya saja ketika sudah empat rakaat, Nabi Muhammad SAW tidak langsung berdiri lagi melainkan beliau istirahat.
Jadi, maksudnya empat rakaat-empat rakaat itu adalah Nabi Muhammad SAW setiap empat rakaat istirahat. Sholatnya tetap dengan format dua rakaat satu salam.