Hadirin yang berbahagia,
Hasil Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-48 dalam isu-isu strategis keumatan dicantumkan mengenai spritualitas generasimMilenial. Hal ini sangatlah tepat kita mengkhawatirkan keberagamaan generasi muda terutama generasi milenial dan generasi yang lahir setelah tahun 2000-an.
Karena beberapa penelitian menggambarkan bahwa generasi milenial kurang religius dibanding dengan generasi sebelumnya. Generasi milenial adalah generasi yang lahir dalam rentang waktu awal tahun 1980 hingga tahun 2000. Kini generasi milenial disebut sebagai populasi terbesar di dunia termasuk di Indonesia.
Dengan jumlah yang besar, generasi milenial dinilai memiliki beberapa karakteristik menonjol yang bisa dibilang unik dibandingkan generasi sebelumnya, yaitu mudah beradaptasi, melek teknologi, achievement-oriented atau berorientasi pada pencapaian, butuh perhatian, meme generation, berpikiran terbuka, dan mudah bosan.
Karakteristik tersebut di atas mempengaruhi terhadap tingkat pemahaman dan kualitas keberagamaan mereka. Hasil survei tahun 2016 di 12 negara Eropa terhadap orang yang berusia antara 16 hingga 29 tahun memperlihatkan mayoritas dari mereka mengaku tidak menganut agama.
Angka anak muda yang tidak beragama sangat tinggi, terutama di Republik Ceko, yang proporsinya mencapai angka 91 persen. Juga di Estonia, Swedia, dan Belanda, yang angkanya berkisar antara 70 persen hingga 80 persen. Memang penelitian ini di Eropa, tetapi ada khawatiran menimpa juga kepada generasi millenial Indonesia karena fenomena kemajuan teknologi komunikasi juga melanda negeri ini.
Berdasarkan kondisi tersebut, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah perlu mengadakan perhatian khusus kepada generasi Millenial ini agar kekhawatiran tersebut tidak terbukti. Muhammadiyah perlu mengadakan survey khusus tentang keberagamaan mereka.
Dan menyusun strategi khusus dakwah kepada mereka yang tentunya sangat berbeda dengan strategi dakwah kepada generasi sebelumnya. Perhatian Dakwah Generasi millennial perlu ditangani serius kalau tidak ada lembaga khusus mungkin bisa mengefektifkan lembaga atau majelis yang sudah ada, seperti Lembaga Dakwah Khusus dan Majelis Tabligh dibantu untuk literasi digitalnya oleh Majelis Pustaka dan informasi.