REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Dadang Kahmad, Ketua PP Muhammadiyah 2015-2022
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ:
اَتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى؛ فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ وَقَاهُ، وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرِ أُمُوْرِ دِيْنِهِ وَدُنْيَاهُ.
Puji dan syukur kita persembahkan kepada Allah SwT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang tiada terhingga kepada kita sekalian, terutama nikmat iman dan Islam. Sehingga di pagi hari yang indah ini kita berkumpul bersama, bersimpuh dihadapan-Nya merayakan Idul Fitri, 1 Syawal 1444 H. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada Nabiullah Muhammad saw, kepada keluarganya dan para shahabatnya termasuk kita sebagai pengikutnya.
Muhammadiyah menetapkan tanggal 1 Syawal 1444 H bersamaan dengan tanggal 21 April 2023, adalah hasil perhitungan hisab hakiki wujudul hilal. Insya Allah perhitungan yang tepat bahwa kemarin tgl 21 April ketika matahari terbenam bulan sudah wujud di ketinggian 1 derajat.
Sesungguhnya masalah penanggalan bulan hijriyah seharusnya sudah dianggap selesai jika kaum muslimin sudah mempunyai kalender tetap dan baku. Kapan tepatnya lebaran, apakah lima tahun ke depan bahkan dua puluh tahun ke depan sudah bisa diketahui dengan pasti melalui sistem hisab.
Karena di zaman modern seperti sekarang ini teknologi hisab sudah canggih, ilmu astronomi sudah sedemikian maju sehingga peristiwa yang sifatnya rutin seperti awal bulan maupun gerhana, sudah dapat dihitung dengan lebih akurat dan pasti.
Walaupun begitu kita tetap harus mempunyai sikap toleran kepada sebagian masyarakat yang kekeh menggunakan rukyatul hilal, berusaha untuk melihat dengan mata kepala ada atau tidak adanya hilal. Padahal kondisi dan situasi perikliman di Indonesia sangat sulit untuk melakukan rukyat. Yang jelas hampir setiap tahun kemungkinan bulan Sya’ban maupun Ramadhan digenapkan 30 hari dengan alasan belum terlihat hilal.
Hadirin yang berbahagia,
Bulan Ramadhan merupakan bulan dimana kita bisa berkontemplasi, bulan saatnya kita mendekatkan diri kepada Allah SwT. Pada bulan puasa selama sebulan kita mengabaikan kehidupan jasmaniah dengan meninggalkan makan minum di siang hari dan lebih berpihak kepada kehidupan batiniyah dengan banyak beribadah, berdzikir dan muhasabah diri.
Puasa kalau dibaratkan seperti peralihan bentuk yang dialami seekor ulat ketika ingin menjadi seekor kupu-kupu dengan menjadi kepompong. Dan jika kepompong mampu merubah ulat bulu hitam menjadi kupu-kupu yang indah berwarna warni, maka shaum Ramadhan diharapkan menjadikan diri kita manusia yang indah yaitu menjadi Mutaqin dan Muhsinin
Ibadah shaum, diharapkan mampu meningkatkan keimanan dan keyakinan kepada Allah SwT, keyakinan bahwa hanyalah Dia yang menghidupkan dan mematikan manusia, di tangan Allah nasib manusia ditentukan, hanya kepada-Nya lah kita mengabdi dan menggantungkan segala urusan, dan kepada-Nya lah kita semua dikembalikan.
Kita mesti meyakini bahwa hidup ini hanya sementara, dimana kita semua akan kembali menghadap kepada-Nya, untuk dimintai pertanggung jawaban atas segala apa yang telah kita perbuat baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Keyakinan terhadap hisab di akhirat itu penting untuk mengingatkan kita dan menghindarkan kita dari keserakahan dan ke zaliman yang sekarang menguasai kehidupan manusia.
Ibadah shaum memberi semangat kepada kaum muslimin untuk berjuang demi agama, menegakan kemajuan dan kemakmuran. Membangun masyarakat Islam yang berkemajuan, kita dianjurkan oleh agama untuk memberi manfaat sebanyak banyaknya bagi manusia.
“Khoirunnas Anfa ‘uhum linnas”
Ibadah shaum juga memupuk diri kita menjadi manusia munfiqin atau dermawan penuh perhatian terhadap tetangga dan kaum kerabat, memberi makan fakir miskin, memelihara anak yatim dan selalu memberi pertolongan kepada yang membutuhkan. Yunfiquna fi sara’i wa dhoro’i, dermawan adalah akhlak para nabi dan rasul juga kebiasaan orang-orang saleh, pemurah adalah akhlak terpuji, dirahmati hidupnya dan diberkahi hartanya dan keturunannya, dijauhkan dari malapetaka dan kesengsaraan. Batinnya bahagia, dadanya lapang, hatinya gembira, dan sejahtera.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ