REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ahli gizi Uni Emirat Arab mendesak umat Islam untuk menerapkan pola makan yang berkelanjutan dan lebih sehat sepanjang bulan suci Ramadhan.
Sebab Ramadhan adalah kesempatan emas untuk beralih ke gaya hidup yang lebih hijau, berkelanjutan, lebih sehat, dan tidak boros. Dilansir di Al Arabiya, Sabtu (25/3/2023), bulan paling suci dalam kalender Islam, Ramadhan dilakukan oleh sekitar 1,9 miliar Muslim di seluruh dunia yang berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam sebagai tindakan pengabdian dan spiritualitas.
Salah seorang ahli gizi klinis Elissa Abi Nakhoul mengatakan Ramadhan merupakan waktu untuk refleksi. Hal ini dapat menawarkan kepada umat Muslim kesempatan berpikir lebih banyak tentang bagaimana dan apa yang berakhir pada piring dapat mempengaruhi lingkungan di seluruh dunia.
"Hindari pemborosan. Bulan Ramadhan adalah kesempatan emas untuk mempertimbangkan melakukan perubahan menuju 'gaya hidup hijau yang ramah lingkungan, tidak berpolusi, tidak boros, dan bertujuan menghemat sumber daya alam,” kata dia.
Gaya hidup hijau berarti meningkatkan kualitas hidup dan mencapai pembangunan berkelanjutan. Dia menyarankan umat Islam harus mengurangi dan menghilangkan asupan makanan cepat saji, menghindari jumlah makanan yang berlebihan untuk mengurangi limbah makanan setelah berbuka puasa dan mengurangi penggunaan botol plastik dan peralatan makan.
Ahli gizi itu mengatakan umat Muslim yang ingin mengikuti gaya hidup yang lebih hijau dapat meningkatkan asupan sayur dan buah, terutama yang musiman dan tersedia secara lokal. Dia juga pentingnya menambahkan lebih banyak kacang dan sup lentil saat berbuka daripada ayam dan daging tinggi lemak jenuh dan selalu berbuka puasa dengan sup dan salad.
Dia merekomendasikan umat Islam menggunakan minyak nabati untuk memasak daripada ghee, mentega, dan keju. Penting juga mengganti permen berkalori tinggi dengan buah-buahan kering, kurma dan buah-buahan segar dan ganti gula putih dengan madu, sirup maple, sirup kurma, dan tetes tebu.