REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selepas Sholat Tarawih, Rabu (27/4/2022) malam , Masjid Istiqlal masih saja ramai. Ada yang melanjutkan kegiatan seperti membaca ayat suci Alquran, ada pula yang kembali menggelar sajadah di pelataran keramik untuk dijadikan alas dalam melepas lelah.
Saat ini, menjadi tahun pertama pada masa pandemi Covid-19 Masjid Istiqlal kembali dibuka bagi masyarakat umum yang ingin beribadah. Sukacita tergambar dari penuhnya lantai utama oleh mereka yang beribadah sejak berbuka puasa, Sholat Maghrib, hingga Tarawih pada awal-awal Ramadhan 1443 Hijriyah.
Pun demikian, pada 10 hari terakhir Ramadhan ini, umat Muslim di sekitar Ibu kota berbondong-bondong memadati masjid kebanggaan masyarakat Indonesia itu untuk menjemput Lailatul Qadar. Ada yang memang sengaja tidur di Istiqlal sembari menunggu hingga sepertiga malam. Ada pula yang datang secara dadakan sejak pukul 00.00 WIB.
Dibukanya Istiqlal ini menjadi pelepas rindu. Rindu yang dua tahun mesti dibendung karena Istiqlal terpaksa harus ditutup, imbas dari pandemi Covid-19 yang sangat tinggi. Kini rasa dahaga itu terbayarkan sudah.
Istiqlal menggelar karpet merah bagi siapa saja yang ingin berserah diri kepada Sang Pencipta. Pada Ramadhan tahun lalu, Istiqlal memang dibuka untuk sejumlah kegiatan ibadah Ramadhan, namun kapasitasnya sangat terbatas, hanya sekitar 2.000 orang.
Langkah itu mesti diambil guna meminimalisir penularan Covid-19. Kini kapasitas sudah dibuka lebar. Dari 250 ribu total kapasitas masjid, Masjid Istiqlal terbuka bagi 100 ribu orang jamaah.
Pengurus sengaja tidak membuka sepenuhnya karena masih dalam suasana pandemi serta menghindari penumpukan. Kendati demikian, terlepas dari berapapun kapasitas yang dibuka, bisa melaksanakan berbagai aktivitas ibadah di Istiqlal tanpa harus dibatasi, patut disyukuri dan dirayakan.
"Kerinduan jamaah terhadap Istiqlal ini kita harus kupas tuntas," seru Imam Besar Masjid Istiqlal dalam ceramah tarawih saat awal Ramadhan 1443 Hijriyah.