Tak boleh dilewatkan
Zain Mumtaz (14 tahun) tak ingin melewatkan Ramadhan 1443 Hijriyah ini dengan aktivitas yang biasa saja. Ia tahu bahwa 10 malam terakhir Ramadhan merupakan malam yang begitu istimewa sehingga layak untuk diperjuangkan.
Ia datang tak sendiri, bersama tiga orang sahabatnya; Roby Wijaya (14), Atha Amanuallah Hafiz (9), dan Galih Saputra (7), serta tentunya dibimbing guru ngaji. Mereka tak pernah absen datang ke Istiqlal demi menjemput Lailatul Qadar.
Saat ditemui, mereka tengah membaca Alquran sesekali bercanda antara satu sama lainnya jika dirasa harus jeda. Bocah asal Johar Baru, Jakarta Pusat, itu bercerita orang tua mereka tak khawatir pada setiap aktivitas yang akan mereka lakukan.
Bahkan orang tuanya selalu memesankan angkutan online saat waktu menunjukkan pukul 12 malam. "Kadang dianterin dulu pake motor oleh bapak," Roby menyahut.
Untuk masalah sahur, mereka tak perlu merisaukannya sebab pengurus Masjid Istiqlal menyediakan makan sahur bagi mereka yang itikaf. Kerinduan akan Istiqlal juga dirasakan Dedi Wijaya.
Warga asal Serang, Banten, ini bahkan menyewa kos-kosan di sekitar Pasar Baru agar bisa menghabiskan waktu 10 hari terakhir Ramadhan di Istiqlal. Pada tahun-tahun sebelum pandemi, Dedi beserta keluarga rutin melaksanakan itikaf di Istiqlal.
Namun sejak dua tahun terakhir, ritual tersebut mesti ditahan dulu imbas pandemi Covid-19. "Semoga perjalanan ini menjadi berkah untuk saya serta yang lainnya. Ramadhan itu bulan yang penuh berkah dan saya yakin akan hal itu," kata dia.