Kisah Muslim di Arktik Saat Ramadhan

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari

Rabu 25 Jul 2012 06:03 WIB

Kartoum Abakar, duduk di lantai ruang keluarga seusai berbuka puasa bersama keluarganya. Foto: AP Kartoum Abakar, duduk di lantai ruang keluarga seusai berbuka puasa bersama keluarganya.

REPUBLIKA.CO.ID, Bagi Minoritas Muslim berjumlah sedikit yang tinggal jauh di pucuk utara, bisa terus menjumpai sinar matahari hingga 24 jam. Mereka mengikuti waktu siang di kota terdekat di Swedia di mana waktu fajar dan senja masih bisa disebut. "Itu dibolehkan demi membatalkan puasa dan juga alasan kesehatan," ujarnya.

Seorang muslim asal Darfur, Sudan, Kaltouma Abakar dan kerabatnya yang berjumlah 9 orang datang ke Finlandia empat tahun lalu. Ia memilih menjalani puasa berdasar waktu terbit dan terbenam matahari Lapland ketika tinggal di apartemennya di Rovaniemi.

Kaltoum bangun pagi dan bekerja hingga siang. Ia mulai memasak untuk santapan berbuka sekitar pukul 5 sore. "Waktu puasa Ramadhan berlangsung lama dan berbuka bisa pada pukul 11.30 malam. Kemudian untuk makan sahur lagi sekitar pukul 2 dini hari," tutur wanita berusia 31 tahun itu.

Di dapur, dua putri Kaltouma yang berusia 11 dan 6 tahun turun membantu menyiapkan makanan. Mereka menyiapkan ayam dan kue pastri berisi tuna yang ditumis dalam minyak panas. Sementara di atas kompor ada panci dengan nasi. Satu putrinya mengaduk adonan tepung jagung untuk digoreng yang  bakal dicelupkan ke kaldu ayam, beberapa jam kemudian.

Selain waktu siang yang begitu panjang, Kaltouma mengatakan ketiadaan makanan halal lokal di Rovaniemi juga menjadi tantangan. Ia kadang harus menunggu beberapa hari untuk membeli daging halal dan bumbu tradisional datang dari kota besar Qulu atau Helsinki di utara.

Meski secara teknis ada malam pada waktu ini di Rovaniemi, namun tak ada waktu yang benar-benar gelap. Alih-alih langit kelabu dengan sesekali semburat garis sinar matahari mencapai horizon utara membuat efek mistik terhadap kota, bahkan ketika seharusnya di malam paling larut.

Hari-hari Ramadhan berubah sesuai dengan kalender bulan, bergerak mundur 11 hari setiap tahun. Itu berarti pada 2015 nanti tidak ada matahari tenggelam selama sebulan saat Ramadhan jatuh dekat pada pertengahan musim panas.

Namun, Kaltoum masih berkata, "Paling tidak ada 10 menit bagi kami untuk berbuka puasa."

Ia mengatakan ada satu aspek kemudahan dari menjalani ibadah puasa di Arktik selama Ramadhan, yakni temperatur yang dingin. "Tak seperti Afrika, di sini Finlandia, anda tidak sering merasa haus. Tidak peduli betapa lama anda berpuasa, anda tidak memiliki kebutuhan mendesak dengan air," ujarnya.

Terpopuler