REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Demikian kuasa Allah yang mengatur mekanisme dalam tubuh kita untuk menguatkan imunitas. Amat banyak amal kebaikan yang bisa kita lakukan saat Ramadhan.
Tak lama lagi kita akan menikmati Ramadhan. Sebuah momentum istimewa di mana pintu rahmat dan ampunan dibuka seluas-luasnya. Puasa sebulan penuh menjadi ibadah utama dari bulan ini yang membedakannya dari bulan lain. Pergeseran pola makan dari tiga kali sehari--bahkan lebih sering tak beraturan--menjadi ketika menjelang Subuh dan selepas Maghrib membuat tubuh kita jauh lebih sehat.
Badan Organisasi Kesehatan Internasional (WHO) bahkan pernah menegaskan jika puasa terbukti menyehatkan dari berbagai sisi, yakni fisik, psikis, sosial, hingga spiritual. Dari kesehatan fisik, ternyata puasa menimbulkan manfaat yang menakjubkan. Ketika puasa, tentu tidak ada asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh kita sehingga sumber energi dalam tubuh akan dibakar habis.
Ahmad Rifa'i Rif'an dalam bukunya, Izrail Bilang ini Ramadhan Terakhirku, menjelaskan, energi kita peroleh dari glukosa hasil makan (sahur). Setelah cadangan glukosa habis, ener gi diperoleh dari glikogen dalam darah. Setelah kandungan glikogen dalam darah ber kurang, otak akan menginformasikan tubuh sedang lapar sehingga kita harus segera makan.Otak yang mengidentifikasi jika kita sedang puasa alias tidak boleh makan akan merespons dengan menghidupkan program autolisis. Apakah autolisis itu? Autolisis secara sederhana dapat dipahami sebagai suatu sistem auto matisasi dalam tubuh yang berfungsi memformat ulang tubuh menuju kondisi yang ideal.
Saat autolisis diaktifkan, ia akan mencari database mengenai rancangan dasar manusia.Secara keseluruhan, ada sekitar 50 triliun sel penyusun tubuh yang terdiri atas sekitar 200 jenis sel. Berbekal data detail setiap sel tubuh, autolisis akan mengerti bagaimana seharusnya kondisi sehat dari setiap jenis sel, di bagian tu buh mana seharusnya sel itu berada dan berapa banyak jumlah tiap jenis sel yang ideal bagi tubuh.