Mengungkap Keajaiban Ramadhan

Red: Agung Sasongko

Sabtu 26 Mar 2022 06:26 WIB

Ilustrasi Ramadhan Foto:

1

Autolisis ini akan menghampiri sel-sel liar yang tak ada dalam databaserancangan dasar manusia. Dia akan menghilangkan sel-sel rusak, sel-sel mati, benjolan tumor, serta timbunan lemak yang sering menjadi sarang zat beracun.Demikian kuasa Allah yang mengatur mekanisme dalam tubuh kita untuk menguatkan imunitas. Sungguh besar kasih sayang Allah ke pada kita para hamba-Nya yang penuh dosa.

Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesar an Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan juga pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan? (QS adz-Dzariyat: 20- 21).

Dilansir dari Tafsir Kementerian Agama (Kemenag), ayat ini mengisyaratkan kepada ma nusia bahwa pada diri manusia terdapat bukti-bukti kekuasaan dan kebesaran Allah, seperti perbedaan kemampuan, perbedaan bahasa, kecerdasan dan banyak macamnya anggota tubuh yang masing-masing mem punyai fungsi sendiri-sendiri. Lewat puasa, tanda- tanda kebesaran Allah itu semakin terkuak.

Tidak cuma fisik, ada faktor psikis yang membuat emosi kita semakin stabil selama Ramadhan. Rasulullah SAW menyuruh kita untuk menahan amarah saat puasa. Padahal, tubuh kita sedang menahan lapar. Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah SAW menyarankan kita untuk menghindari amarah, emosi, perteng karan. Diriwayatkan Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, Jika salah seorang kalian berpuasa, maka hendaklah ia tidak berkata atau berbuat jorok, berteriak-teriak, membuat gaduh. Kemudian jika ada seorang yang memaki-maki atau menantang berkelahi, maka hendaklah ia mengatakan `saya sedang puasa'(HR Bukhari dan Muslim).

Selain menjadi sarana latihan pembersihan jiwa, hikmah dari larangan ini sebenarnya untuk melindungi diri kita sendiri. Emosi negatif akan menguras energi dalam tubuh kita. Otak pun akan memerintahkan tubuh untuk berdetak lebih cepat sehingga semakin banyak energi terkuras. Pada titik tertentu, emosi tersebut ber potensi memicu hadirnya stres.

Dr Abdul Jawwad ash-Shawi dalam bukunya, Terapi Puasa, bahkan menjelaskan, ketika seseorang yang sedang puasa kemudian emosi dan marah, adrenalin akan meningkat tajam.Jumlahnya bisa 20 kali lipat lebih banyak dari saat tidak puasa. Jika marah dan pertengkaran terjadi pada masa penyerapan, proses pencernaan makanan akan terganggu.