Bu Hj Atus yang sudah menyiapkan adonan pun mulai menyalakan kompor-kompor gas di dapurnya, terlihat sekitar 15 kompor gas yang di atasnya sudah siap wajan-wajan cukup besar.Air di masukkan ke dalam wajan, sembari menunggu air dalam wajan itu mendidih, adonan kue pun mulai dimasukkan ke dalam ceper.
Setelah air mulai mendidih di dalam wajan, Bu Hj Atus pun mulai memasukkan satu persatu ceper yang sudah berisi adonan tersebut ke dalam wajan, ada tumpuan di dalam wajan itu, sehingga ceper tidak tenggelam ke air mendidih.
"Masaknya dengan cara dikukus," katanya.
Ceper yang ada di dalam wajan itu diberi tutup, sehingga panas bisa terkonsentrasi untuk memasakkan adonan kue.Bu Hj Atus terlihat sudah sangat piawai dan tertata dalam proses pembuatannya.
"Sejak 1985 saya menggeluti pembuatan wadai ini," katanya.
Menurut dia, keahlian membuat wadai atau kue khas Banjar ini diwarisinya dari ibunya.Adapun kue yang dibuatnya setiap hari itu adalah amparan tatak pisang, sari muka lakatan, sari muka hijau, sari pengantin, putri selat, lapis india, lapis hula hula, pisang sagu, kararaban dan nangka susun, kue lam.
Demikian juga wadai bingka.Untuk membuat kue-kue itu, Bu Hj Atus dibantu karyawan sebanyak enam orang, karena produksinya cukup banyak."Kalau di bulan Ramadhan bisa sampai sebanyak 30 ceper per harinya," katanya.