Mudik Pakai Perahu? Itu Tradisi Nelayan Cilincing

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Dewi Mardiani

Jumat 17 Aug 2012 14:16 WIB

Sejumlah perahu nelayan bersandar di perkampungan nelayan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu (14/3). (Republika/Prayogi) Sejumlah perahu nelayan bersandar di perkampungan nelayan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu (14/3). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, Mudik memang tradisi bagi masyarakat yang ingin berlebaran di kampung halamannya. Mudik menggunakan alat transportasi seperti bus, mobil, sepeda motor, pesawat, ataupun kapal dilakoni oleh ribuan masyarakat. Begitu juga dengan para nelayan di Cilincing.

Beberapa hari sebelum Lebaran biasanya para nelayan tradisional di Cilincing, mudik menggunakan perahu mereka untuk mudik. Mereka terbiasa mudik menggunakan perahu nelayan tradisional, karena biaya mudik yang jauh lebih murah dari pada menggunakan angkutan lainnya. Selain itu, menurut mereka menggunakan kapal nelayan lebih cepat sampai.

Namun, tahun ini para nelayan Cilincing tersebut batal mudik menggunakan kapal tradisional. Cuaca buruk yang terjadi akhir-akhir ini telah menyebabkan para nelayan untuk mudik menggunakan bus.

Sudrajat, Ketua Paguyuban Masyarakat Nelayan Tradisional Cilincing, mengatakan ribuan nelayan yang berasal di daerah Cilincing memang biasanya mudik menggunakan kapal nelayan tradisional yang biasanya mereka gunakan untuk menangkap ikan. Tradisi mudik tersebut sudah bertahun-tahun dilakukan oleh sekitar 3.000 nelayan yang berasal dari berbagai daerah seperti Muara Gembong Bekasi, Cirebon, dan juga Indramayu.

Cuaca yang tidak mendukung ini membuat para nelayan mengurungkan niatnya untuk merayakan lebaran di kampung halaman mereka. Meskipun terdapat 400 kapal nelayan, hanya sekitar 300 nelayan yang lebih memilih mudik menggunakan kapal nelayan tersebut.

Para nelayan tersebut akan pulang ke daerah asal mereka, yakni Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat. Sementara nelayan yang berasal dari Indramayu dan Cirebon memilih untuk mudik menggunakan bus karena khawatir cuaca buruk. Di dalam kapal tersebut, mereka membawa perlengkapan mudik beserta berbagai macam keperluan untuk berlebaran di kampung halamannya.

Rusdi (42 tahun), menceritakan ia dan nelayan lainnya lebih memilih untuk pulang kampung bersama-sama menggunakan kapal nelayan. Menurutnya, saat ini cuaca di laut tidak mendukung mereka untuk mudik menggunakan kapal dengan tujuan jauh. "Terkadang terjadi angin timur dan ombak yang tinggi. Nahkoda tidak berani menjalankan kapalnya," kata Rusdi.