'Sudah 12 Jam Mengantre Belum Juga Menyeberang'

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Djibril Muhammad

Jumat 17 Aug 2012 13:24 WIB

  Sejumlah pemudik bersepeda motor antre memasuki kapal ferry di Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali, Kamis (16/8). Foto: Nyoman Budhiana/Antara Sejumlah pemudik bersepeda motor antre memasuki kapal ferry di Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali, Kamis (16/8).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Puncak arus mudik dari Bali ke Jawa melalui Pelabuhan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Bali, terjadi Kamis dan Jumat (16-17/8). Hal itu sudah diperkirakan sebelumnya, karena banyak pemudik yang baru libur kerja pada Jumat, berbarengan dengan libur 17 Agustus.

Karena ingin memanfaatkan waktu sehemat mungkin, banyak pemudik yang memilih menyeberang di Gilimanuk pada Kamis malam. Namun datangnya pemudik dalam waktu bersamaan, antrean kendaraan pun mengular sampai 10 kilometer panjangnya.

"Saya sudah 12 jam mengantre, belum juga bisa masuk ke pelabuhan, apalagi dapat tiket. Iya sabar aja," kata Azizunnisa, PNS di Denpasar.

Dikatakannya, dia memilih mudik malam hari dengan perkiraan mengantrenya lebih dingin. Tapi katanya, justru mengantre sampai siang hari. Nisa berangkat dari Denpasar Kamis (16/8) pukul 21.00 wita, dan baru tiba di Gilimanuk

00.00 Wita, dengan harapan mengantre dua atau tiga jam di pelabuhan, kemudian menyeberang. Tapi kenyataannya, pada 12.00 wita, Jumat (17/8), kendaraannya masih tertahan di luar pelabuhan.

Menurut Nisa, dari informasi teman-temannya yang juga mudik dan berangkat pada Jumat (17/8), kemacetan arus lalu lintas bahkan sudah sampai 30 kilometer. Dikatakannya, hal itu mungkin terjadi, karena sebagian pemudik ada yang baru merencanakan berangkat ke Jawa setelah mengikuti apel 17 Agustus dan setelah shalat Jumat.

Karena menunggu selama 12 jam, menurut Nisa, penumpang di kendaraannya memilih tidur di kendaraan dan bersahur di kendaraan pula. "Cuman shalat Jumatnya yang ketinggalan, karena tidak mungkin meninggalkan kendaraan yang sedang antre untuk bergegas ke masjid," katanya.