Awal Ramadhan Berbeda, Komisi VIII: Semangat Ramadhan Harus Tetap Hidup

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah

Ahad 10 Mar 2024 22:54 WIB

Penerjemah bahasa isyarat menyampaikan pesan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengenai hasil Sidang Isbat Penetapan 1 Ramadhan 1445 Hijriah di Kantor Kemenag, Jakarta, Ahad (10/3/2024). Pemerintah menetapkan 1 Ramadan 1445 H jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024 setelah hasil rukyat Kemenag di 134 titik di Indonesia menyatakan tidak dapat melihat hilal. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra Penerjemah bahasa isyarat menyampaikan pesan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengenai hasil Sidang Isbat Penetapan 1 Ramadhan 1445 Hijriah di Kantor Kemenag, Jakarta, Ahad (10/3/2024). Pemerintah menetapkan 1 Ramadan 1445 H jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024 setelah hasil rukyat Kemenag di 134 titik di Indonesia menyatakan tidak dapat melihat hilal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi mengungkapkan adanya perbedaan dalam penetapan awal Ramadhan tahun ini. Namun, menurut dia, Ramadhan bukan hanya soal penentuan tanggal, tetapi lebih tentang mempersiapkan diri untuk bulan yang penuh berkah, yakni dengan meningkatkan takwa, kesabaran dan keikhlasan.

"Semangat Ramadhan harus tetap hidup tidak peduli tanggal dimulainya. Oleh karena itu, saya mengajak semua pihak untuk terus berdialog dan berdiskusi demi mencapai pemahaman bersama yang akan membawa kita pada persatuan dan kebersamaan umat Islam," ujar Ashabul saat konferensi pers usai sidang Isbat di Kantor Kemenag, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Ahad (10/3/2024).

Baca Juga

Dia juga mengajak kepada seluruh umat Islam untuk tetap menghargai keragaman perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan yang ada di tengah-tengah umat Islam saat ini.

"Ini menujukkan kekayaan dan dinamika dalam pemahaman kita terhadap ilmu falak dan metode hisab yang digunakan," ucap dia.

Ashabul menjelaskan, sidang isbat merupakan momentum penting bagi umat Islam untuk bersama-sama menentukan awal bulan Ramadhan. "Ini waktu di mana kita dituntut memperhatikan perbedaan pendapat yang ada sambil tetap mempertahankan semangat persatuan dan persaudaraan," kata Ashabul.

Dia menghormati semua pandangan dalam menentukan awal Ramadhan dan berharap sidang isbat mencapai kesepakatan yang harmonis dan memberikan kepastian bagi seluruh umat Islam di Indonesia untuk memulai ibadah puasa.

"Dalam proses sidang isbat, kami mengakui komitmen pemerintah untuk memastikan proses penentuan awal Ramadhan dilakukan dengan cara transpraran, akuntabel, dan ilmiah. Kami juga menghargai diskusi dan konsultasi dengan berbagai pihak untuk memperoleh pandangan yang luas dan konstruktif," jelas Ashabul.

Dia pun menekankan pentingnya menjaga sikap saling menghormati dan memahami di antara umat Islam. "Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dan seharusnya tidak mengurangi persaudaraan kita sebagai umat Islam," kata dia.