Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam al-Guniyah, yang lebih dekat kepada mazhab Hanbali menganjurkan kepada orang yang luput (terlambat) sholat Id berjamaah, maka dia boleh melaksanakan sholat Id sendiri sebanyak empat rakaat.
Kata beliau, “Bila luput seluruh rangkaian sholat Id, seseorang dianjurkan mengqadha shalat Id. Dia boleh memilih sholat empat rakaat seperti sholat Dhuha dengan beberapa takbir sunah (setelah takbiratul ihram) atau tanpa takbir sunah (setelah takbiratul ihram) seperti lazimnya sholat Dhuha. Lalu, dia mengumpulkan seluruh anggota keluarga dan sahabatnya. Dengan demikian, dia akan mendapatkan keutamaan yang banyak."
Pendapat ini berdasarkan riwayat dari Ibnu Mas'ud: Abdullah bin Mas'ud berkata "Barang siapa yang luput dari sholat Id, maka hendaklah dia sholat empat rakaat." (HR. Thabrani)
Sedangkan, Abu Hasan Ali al-Baghdadi dalam kitab al-Iqna' fil Fiqh asy-Syafi'i mengatakan, “Dan hendaklah melaksanakan sholat dua hari raya dalam keadaan hadir maupun bepergian, baik dengan berjamaah maupun sendiri-sendiri."
Namun, ada pendapat lain yang mengatakan sholat Id dilaksanakan seperti biasanya, yaitu dua rakaat dengan takbir dengan suara jahr. Dia boleh memilih untuk shalat berjamaah ataupun sendirian (munfarid). Pendapat ini dipegang oleh Imam Syafi'i dan Abu Tsur. Demikian yang tertulis dalam Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rusyd.
Ada pula yang mengatakan bahwa...