REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat senja turun di kota Raisen di negara bagian Madhya Pradesh, India tengah, ledakan keras datang dari puncak bukit dan bergema di seluruh area. Suara itu menandakan berakhirnya puasa Ramadhan hari itu bagi ribuan jamaah.
Selama lebih dari dua abad, umat Islam di distrik kecil tepat di jantung negara itu mempercayai suara khas meriam berusia 200 tahun untuk menandai awal dan akhir puasa mereka selama bulan suci.
Tradisi tersebut dimulai oleh Begum atau Ratu Bhopal, yang dulunya merupakan sebuah wilayah kerajaan yang sekarang menjadi bagian dari Madhya Pradesh pascakemerdekaan. Praktik ini cukup umum di berbagai daerah yang didominasi Muslim.
Saat itu, umat Muslim di sana bergantung pada dentuman meriam untuk memulai atau mengakhiri puasa tanpa adanya jam dan arloji di rumah. Seiring berjalannya waktu, tradisi itu mulai memudar. Namun di Raisen, kota kecil yang berjarak sekitar 45 kilometer dari ibu kota negara bagian Bhopal, tradisi ini masih dilestarikan.
Sepekan menjelang Ramadhan, meriam 1,2 meter yang dikelola pemerintah setempat itu diserahkan ke pengurus masjid kota. Lisensi dikeluarkan untuk menggunakannya selama sebulan.