REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah SAW senantiasa mengisi sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan beritikaf. Contoh dari Rasulullah ini menunjukkan bahwa itikaf merupakan ibadah sunah yang memiliki keutamaan tersendiri terlebih bila istiqamah dikerjakan pa da akhir Ramadhan.
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ahmad Zubaidi mengatakan, itikaf dapat menghapus dosa. Dalam sejumlah riwayatkan disebutkan bahwa orang yang beritikaf akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT. Terlebih, apabila itikaf dikerjakan pada akhir Ramadhan sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW.
Menurut Kiai Zubaidi, orang yang melakukan iktikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan berpotensi besar mendapatkan keberkahan Lailatul Qadar.
"Dengan kita beritikaf setiap malam pada sepuluh hari terakhir Ramadhan itu, insya Allah kita akan bisa mendapatkan malam Lailatul Qadar. Karena berdasarkan riwayat-riwayat hadis itu dijelaskan, malam Lailatul Qadar itu ada di sepuluh hari terakhir di bulan Ra madhan, di malam-malam ganjil, yang jelas itu rahasia Allah," kata Kiai Zubaidi kepada Republika,beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Kiai Zubaidi menjelaskan dalam hadis lain disebutkan bahwa orang yang qiyamul lail(bangun di tengah malam untuk mendekatkan diri kepada Allah), terutama pada malam Lailatul Qadar dengan iman, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Menurut Kiai Zubaidi, orang yang beribadah pada malam Lailatul Qadar, maka ibadahnya itu lebih baik dari orang yang beribadah selama seribu bulan. Sebab itu, ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan, Rasulullah SAW fokus untuk iktikaf di masjid, bahkan hingga tidak menjumpai istri-istrinya.Upaya Rasulullah tersebut dalam rangka takarub ilallah.