REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muslim di seluruh dunia saat ini sedang menjalankan puasa di bulan suci Ramadhan. Selama bulan ini, umat Muslim umumnya fokus pada refleksi diri, pemurnian spiritual dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan.
Meski demikian, berpuasa di siang hari dapat mengubah kebiasaan makan dan tidur, yang memengaruhi jam biologis dan metabolisme tubuh. Oleh karena itu, saat Ramadhan umat Islam juga harus memperhatikan penyediaan metabolisme yang melambat karena dehidrasi dan kelaparan, dengan air yang cukup dan nutrisi seimbang untuk melewati periode ini dengan cara yang sehat.
Ahli diet Özge Toy mengatakan puasa dapat menjadi terapi bagi tubuh, karena memfasilitasi ekskresi akumulasi lemak dan sel-sel yang rusak dalam tubuh serta meningkatkan fungsi sistem dan organ endokrin. Namun, dia memperingatkan setiap orang perlu berhati-hati tentang nutrisi mereka selama proses detoks ini.
Salah satu kesalahan paling umum yang dilakukan di bulan Ramadhan adalah konsumsi cairan yang tidak mencukupi. Toy mengatakan kebanyakan orang berkonsentrasi mengonsumsi makanan karena waktu yang terbatas.
"Kekurangan cairan dapat menyebabkan banyak penyakit seperti dehidrasi, kabut otak, edema dan batu ginjal. Oleh karena itu, setiap orang harus minum setidaknya delapan gelas air di antara waktu buka puasa dan sahur," kata dia dikutip di Daily Sabah, Jumat (22/4/2022).
Bagi seorang wanita jumlah air yang perlu dikonsumsi sebanyak 1,5-2 liter air, sementara bagi pria angka yang seharusnya sebanyak 2-2,5 liter.