REPUBLIKA.CO.ID,BANTUL--Geplak atau makanan berbahan gula jawa dan kelapa khas Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, selama libur Idul Fitri 1433 Hijriah ini diserbu pembeli baik dari kalangan wisatawan maupun pemudik Lebaran.
Menurut pengusaha geplak "Mbok Tumpuk" Bantul, Kelik, Sabtu mengatakan, selama libur Lebaran 2012 ini, hampir setiap hari geplak produksinya diburu pembeli yang sebagian besar berasal dari luar daerah untuk oleh-oleh keluarga.
"Pembeli ada yang dari Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Barat, namun sebagian besar dari Jakarta. Mereka mampir kesini beli oleh-oleh sehabis berwisata di DIY maupun yang mempunyai famili di Bantul," katanya.
Ia mengatakan, usahanya mempunyai dua toko yang menjual geplak di Bantul, satu berada di jalan Parangtritis atau jalur wisata, dan satu lagi berada di kawasan jalan Bantul atau dekat pusat kota Bantul.
Selama libur Lebaran, kata dia permintaan makanan khas ini bisa meningkat sekitar 100 persen jika dibanding permintaan pada hari biasa, karena saat Lebaran ini banyak peminat untuk oleh-oleh maupun untuk camilan saat hari raya.
"Bedanya dengan hari biasa pembeli sebagian besar dari lokalan saja, namun kalau Lebaran gini banyak yang dari luar daerah. Alhamdulillah sudah menjadi berkah bagi usaha tiap tahun," katanya.
Ia menyebutkan, sejak hari pertama Lebaran pihaknya memproduksi bahan baku kelapa hingga 1.000 butir dan gula dua hingga tiga kuintal, namun kalau hari biasa maksimal hanya produksi 500 butir kelapa dengan satu kuintal gula.
"Kami menyesuaikan dengan permintaan geplak, kalau permintaan banyak saya produksi bahan baku sampai lembur, biasanya saya persiapan malam hari sebelumnya untuk stok di hari berikutnya," katanya yang telah mempekerjakan 15 perajin geplak.
Menurut dia, geplak produksinya dijual dengan harga Rp22.000 per kilogram, namun dikemas dalam dua wadah yakni dengan besek isi setengah kilogram geplak dan besek isi geplak satu kilogram.
Ia mengatakan, selain permintaan geplak meningkat, selama libur Lebaran ini sejumlah makanan khas Bantul lainnya seperti rempeyek kacang yang diproduksinya juga meningkat namun tidak sebesar geplak.
"Biasanya wisatawan membeli geplak juga membeli rempeyek dan juga makanan khas lain. Karena selain memproduksi geplak dan rempeyek saya juga menerima titipan makanan khas lain," katanya.