Manusia Harus Mampu Memisahkan Hak dan Kewajiban

Rep: heri purwata/ Red: Heri Ruslan

Ahad 19 Aug 2012 09:29 WIB

Shalat Idul Fitri (ilustrasi) Foto: Antara Shalat Idul Fitri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WATES -- Manusia yang kembali ke fitrah adalah manusia yang mampu menjalankan segala aktivitasnya untuk mengemban amanat sebagai pengelola bumi sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing. Tujuan utamanya untuk mengabdi pada Allah SWT.

"Dari sini muncul keyakinan diri, istiqomah dan ikhlas. Manusia yang kembali ke fitrah akan mampu mengontrol dan menyeimbangkan ketiga potensi yaitu hati, akal dan nafsu," kata Prof Dr Ir Udi Hartono, peneliti Utama Badan Geologi Kementerian ESDM Bandung, dalam khotbah Idul Fitri 1433 H di Alun-alun Wates, Kulonprogo, Yogyakarta, Ahad (19/8).

Shalat I'd dihadiri Bupati Kulonprogo H Hasto Wardoyo, Wakil Bupati H Sutejo. Juga hadir mantan bupati H Toyo Santoso Dipo, serta ribuan jamaah.

Dijelaskan Udi, manusia terdiri dari dua bagian, ruh dan jasad. Sedang di dalam kedua unsur tersebut terdapat tiga unsur yaitu hati, akal dan nafsu. Dengan fitrahnya jasmani dan rohani, manusia diberi kemerdekaan.

"Namun manusia harus hati-hati dengan nafsu, karena nafsu cenderung berbuat salah. Kecuali nafsu yang dirahmati Allah SWT," katanya.

Dalam psikologi Islam, lanjut Udi, nafsu ada dua yaitu nafsu rasional dan hewani. Saat ini, banyak orang yang mengedepankan nafsu hewani dibanding nafsu rasional.

Hal ini, katanya, menyebabkan terjadi banyak ketidakadilan, seperti penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan, pelanggaran hukum, pengambilan atas hak orang lain, eksploitasi yang kuat terhadap yang lemah. "Sehingga mirip suasana jahiliah sebelum datangnya Islam," kata Udi.

Terpopuler