Penyambutan Idul Fitri di Dunia Islam

Rep: naslih nasrullah/ Red: M Irwan Ariefyanto

Jumat 17 Aug 2012 23:26 WIB

Meriam penanda Ramadhan dan Idul Fitri di Kaisen, India Meriam penanda Ramadhan dan Idul Fitri di Kaisen, India

REPUBLIKA.CO.ID,Kemeriahan menyambut hari raya, terutama Idul Fitri, menjadi tradisi yang diwariskan secara turunmenurun dari generasi ke generasi. Tak hanya di Tanah Air, kebiasaan itu juga berlangsung di mancanegara. Di Indonesia, ada banyak ragam penyambutan hari yang oleh orang Jawa disebut “Ngidul Fitri” ini dan bagi masyarakat Sunda terkenal dengan “Boboran Syiam”.

Seperti dikutip dari berbagai sumber, tiap daerah memiliki cara yang khas menyambut Idul Fitri. Kebanyakan aktivitas tersebut dilakukan pada malam hari ketika takbir dikumandangkan. Di Riau, misalnya, malam takbiran dimeriahkan dengan tradisi pemasangan lampu colok. Bahan pembuatan lampu ini cukup sederhana. Terdiri atas kaleng bekas dan sumbu dengan bahan bakarnya minyak tanah. Lampu-lampu itu kemudian disusun menyerupai kubah masjid dan dihiasi dengan rangkaian kaligrafi.

Tradisi ini, selain bernilai syiar, akhirnya juga dijadikan komoditas perlombaaan yang mendorong kreativitas warga. Di Kota Mataram, semarak malam takbiran menyambut Idul Fitri dimeriahkan dengan Pawai Takbiran. Para peserta pawai ini terdiri atas kafilah-kafilah. Setiap kafilah atau regu tersebut beranggotakan minimal 100 orang. Jumlah maksimalnya tidak dibatasi. Biasanya, dengan inovasi tiaptiap regu, mereka membawa bendera, lampion, miniatur masjid, beduk raksasa, dan perlengkapan lainnya.

Cara unik sambut Idul Fitri juga dilakukan oleh sebagian warga Sukabumi, Jawa Barat. Mereka mempunyai tradisi “Perang Bedil Lodong”. Tradisi yang dikenal dengan sebutan meriam bambu ini berlangsung sepanjang Ramadhan. Mereka mengisi waktu menunggu berbuka dan sahur dengan saling berperang meriam. Puncaknya ialah malam takbiran. Hampir tiap rumah menyiapkan meriamnya masing-masing. Dan, suara meriam pun saling bersautan, mengiringi gema takbir.

Gempita menyambut Hari Raya Idul Fitri terlihat pula di sejumlah kawasan Asia Tenggara. Misalnya, di Malaysia, Singapura, dan Brunei. Di beberapa wilayah perkampungan, sekelompok masyarakat menyalakan pelita atau panjut. Kedua istilah tersebut, di Tanah Air lebih akrab disebut obor. Pemandangan sedikit berbeda terjadi di Filipina. Minoritas Muslim di negara tersebut kurang akrab dengan segudang tradisi itu, tetapi mereka mendapat hak merayakannya. Hari Idul Fitri juga diatur sebagai hari libur nasional. Ini tertuang dalam Republic Act No 9177.

Di Asia Selatan, seperti Bangladesh, India, dan Pakistan, dikenal istilah “Chand Raat”. Tradisi ini disebut juga malam bulan. Warga Muslim di negara-negara itu berbondongbondong mengunjungi pusat perbelanjaan.

Bagi perempuan belia, mereka menghiasi tangan mereka dengan hena, lukisan tangan berbahan tradisional. Kebiasaan berkunjung ke sanak famili dan berbagi uang juga dikenal di daerah-daerah ini. Sejumlah event juga digelar khusus menyambut Idul Fitri, mulai dari pesta hingga bazar murah.

Kemeriahan menyambut Idul Fitri juga bisa dilihat di Xinjiang, Cina. Masyarakat Muslim di kawasan itu, menyambut hari raya dengan mengenakan pakaian khas. Bagi pria, mereka memakai jas khas dengan peci putih. Sedangkan, di pihak perempuan, mereka menggunakan baju hangat dan kerudung setengah tutup. Saling bersilaturahim dan menghadiri pesta juga dilakukan warga Muslim Xinjiang.

Keunikan juga terlihat di Turki. Masyarakat Muslim negara kelahiran tokoh sufi ternama Jalaluddin Rumi itu mengenal Bayram, istilah lain untuk Idul Fitri. Pakaian tradisional masyarakat negara ini banyak dipakai saat Lebaran. Mereka sengaja memilih yang terbaik. Busana ini dikenal dengan Bayramlik. Tradisi saling mengunjungi antarsaudara dan handai tolan termasuk tradisi yang digemari Muslim yang pernah dipimpin oleh Mustafa Kemal At Taturk ini.

Terpopuler