Puasa dan Suka Cita Idul Fitri (1)

Rep: Hannan Putra/ Red: Hafidz Muftisany

Jumat 17 Aug 2012 17:00 WIB

Anak Muslim Sri Lanka bermain ketika orang tua mereka sholat Idul Fitri di Kolombo, Sri Lanka. Foto: AP/Eranga Jayawardena Anak Muslim Sri Lanka bermain ketika orang tua mereka sholat Idul Fitri di Kolombo, Sri Lanka.

REPUBLIKA.CO.ID, Jiwa manusia bila ditekan secara terus-menerus, tidak diberikan waktu sesaat untuk rehat dan santai, akan bisa membuat manusia stres, sebagaimana fisik manusia kalau diforsir terus-menerus tanpa diberikan kesempatan beristirahat akan menyebabkannya sakit.

Bergembira setelah lama mengalami tekanan dan susah adalah sehat dan menyegarkan. Tegang jadi hilang. Belenggu jadi lepas. Beku jadi cair. Pikiran dan perasaan kembali ceria dan sukacita (fresh), Fit.

Reses (istirahat), rekreasi, dan refreshing adalah pedoman hidup fisik dan psikis manusia yang menjadi sunnatullah bila tidak ingin fisik dan psikis mengalami gangguan kerusakan. Allah SWT berfirman,

”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyrah: 5-6).

Sahabat Hanzhalah bin Rabi yang jenazahnya dimandikan malaikat, diberikan nasihat oleh Rasulullah SAW agar tidak terlalu tegang dan tertekan oleh beban kewajiban dengan membagi pola hidupnya menjadi dua bagian; pertaman, bagian untuk rekreasi dan refreshing dirinya dan satu bagian lagi untuk beribadah menunaikan kewajiban.

Sabda beliau yang sangat masyhur, ”Wahai Hanzhalah, satu saat untuk beribadah dan saat lain untuk kebutuhanmu.”

Sahabat Ali bin Abi Thalib berkata, "Istirahatkanlah hatimu secukupnya. Sebab bila kecapekan (karena beban dan tekanan yang tervs-terusan) hati bisa buta."

Allah SWT menyediakan suasana sukacita dan nuansa ceria pada hari raya Idul Fitri sebagai sarana reses, rekreasi, dan refreshing dari kelelahan dan kecapekan menjalani ibadah puasa. Idul Fitri jatuh pas setelah usainya kegiatan Ramadhan, yaitu ketika hilal tanggai 1 Syawwal kelihatan dengan rukyah atau menggenapkan hitungan bulan tiga puluh hari.

Datangnya Idul Fitri yang disambut ceria dan sukacita melengkapi suasana dan nuansa ceria yang diperoleh orang berpuasa setiap hari, yaitu pada saat berbuka.

Allah SWT berfirman, ”... Dan hendaklah kamu menyempurnakan bilangannya (Ramadhan) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuknya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. " (QS. Albaqarah: 185).

Seluruh orang yang berpuasa pada momentum Idul Fitri diserukan untuk bergembira ria. Melepas ketegangan dan mencairkan kebekuan. Idul Fitri adalah saat-saat untuk bermain dan bersuka cita. Puasa pada hari itu karenanya justru diharamkan.

Terpopuler