Puasa dan Suka Cita Idul Fitri (2)

Rep: Hannan Putra/ Red: Hafidz Muftisany

Jumat 17 Aug 2012 17:15 WIB

Anak Muslim Sri Lanka bermain ketika orang tua mereka sholat Idul Fitri di Kolombo, Sri Lanka. Foto: AP/Eranga Jayawardena Anak Muslim Sri Lanka bermain ketika orang tua mereka sholat Idul Fitri di Kolombo, Sri Lanka.

REPUBLIKA.CO.ID, Orang yang dilanda susah pada hari itu karena tidak memiliki bekal makanan misalnya, sejak dini diberikan bantuan dan pertolongan untuk mencukupi kebutuhannya, diantaranya dengan zakat fitrah, sedekah, ataupun fidyah, agar bisa turut bergembira dengan saudara-saudaranya yang lain.

Pada hari itu, sepertinya jangan ada yang kesusahan dan tertekan agar semuanya segar dan fit kembali setelah menjalani puasa sebulan yang melelahkan.

Keberadaan Idul Fitri dengan demikian layak untuk dinikmati dengan rasa syukur ke hadirat Allah SWT. Termasuk bagian dari syukur atas datangnya Idul Fitri adalah mandi, memakai mewangian, menggosok gigi, memotong kuku, memakai baju terindah, menyediakan makan-minum, bersedekah, meningkatkan belanja keluarga (asai tidak boros), menampakkan muka berseri-seri, saling mengunjungi (ziarah dan silaturrahim), serta saling memaafkan.

Bagian syukur yang utama menyambut Idul Fitri adalah menggemakan takbir pada malam hari raya dan turut melakukan shalat Id keesokan harinya, disamping membayar zakat fitrah.

Allah SWT berfirman, ”Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (mengeluarkan zakat fitrah, dengan beriman) dan dia ingat nama Tuhannya (mengucapkan takbir), lalu dia mengerjakan shalat (Idul Fitri).” (QS. Al-A'laa: 14-15).

Kaitannya dengan Idul Fitri, Rasulullah SAW menganjurkan agar menghidup-hidupkan malam hari raya itu dengan ibadah dan bertakbir agar jiwa senantiasa hidup. Ibadah yang utama pada saat itu adalah bertakbir, baik sendiri maupun ber-kelompok, baik di jalan, di pasar, maupun di rumah, lebih-lebih di masjid. Takbir disebut-sebut sebagai hiasan Idul Fitri paling mengesankan sebagai pertanda diraihnya kemenangan besar.

Istilah menghidup-hidupkan malam, berarti dibanding waktu tidur masih lebih banyak waktu terjaga. Cara menghidup- hidupkan malam hari raya setidak-tidaknya adalah dengan melaksanakan shalat magrib dan isya secara berjamaah.

Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa menghidup-hidupkan dua malam hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) maka hatinya tidak akan mati pada hari sekian banyak hati yang mati." (HR. Ibnu Majah).

 

Terpopuler