Puasa dan Suka Cita Idul Fitri (3-habis)

Rep: Hannan Putra/ Red: Hafidz Muftisany

Jumat 17 Aug 2012 17:30 WIB

Anak Muslim Sri Lanka bermain ketika orang tua mereka sholat Idul Fitri di Kolombo, Sri Lanka. Foto: AP/Eranga Jayawardena Anak Muslim Sri Lanka bermain ketika orang tua mereka sholat Idul Fitri di Kolombo, Sri Lanka.

REPUBLIKA.CO.ID,  Ekspresi syukur menyambut Idul Fitri hendaknya tidak dinodai dengan perilaku kekufuran. Termasuk kategori perilaku kufur ialah merayakannya dengan pesta minuman keras, menyelenggarakan dan menghadiri pertunjukan maksiat, memakai sutra dan emas bagi kaum laki-laki, menyimpan rasa dendam dan dengki terhadap sesama, khususnya kepada kedua orang tua, dan sebagainya.

Sikap seperti itu bila dilakukan bersamaan dengan menyambut hari raya berbuka jangan-jangan diklasifikasikan sebagai perilaku menukar nikmat Allah SWT dengan kekufuran sebagaimana firman-Nya,

"Orang-orang yang menukar nikmat Allah dengan ke-kufuran. ” (QS. Ibrahim: 28).

Bagian lain dari ekspresi syukur Idul Fitri ialah tidak terjadi stagnasi (kemandegan ataufutur) amal setelah Ramadhan. Bulan Ramadhan sebenarnya memiliki mata rantai dengan bulan Syawwal. Hal ini dibuktikan antara lain dengan anjuran menyusuli puasa Ramadhan dengan puasa enam hari di bulan Syawwal.

Syawwal termasuk bulan haji disamping Dzulqa'dah dan Dzulhijjah. I'tikaf Rasulullah SAW di bulan Ramadhan yang dilanjutkan hingga tanggai 10 Syawwal, dan Syawwal adalah bulan peningkatan amal sebagaimana arti Syawwal menurut bahasanya.

Dari sini keterputusan amal bersamaan dengan berlalunya Ramadhan sebisanya dihindari. Ibadah kerasnya bukan hanya di bulan Ramadhan saja, melainkan di sebelas bulan lainnya juga. Sebaik-baik amal adalah amal yang sambung-menyambung (estafet), susul-menyusul, atau istiqamah, tidak berhenti di tengah jalan begitu menganggap selesai, hingga datang suatu keyakinan (mati).

Firman Allah SWT, ”Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), maka lanjutkanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) lain.” (QS. Alam Nasyrah: 7).

Rasulullah SAW juga bersabda, ”Sebaik-baik amal bagi Allah adalah yang begitu selesai (sampai di tujuan) segera berangkat lagi.” (HR. Tirmidzi).

Ramadhan telah memberikan semangat dan energi bagi manusia untuk memanaskan fisik dan mentalnya agar tahan dan tidak mengalami futur 'kekendoran' yang melampaui batas (keterlaluan) dalam menjalani ibadah pada sebelas bulan berikutnya.

Terpopuler