REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Pedagang eceran kolang kaling di pasar tradisional Lambaro Kabupaten Aceh Besar mengaku, permintaan buah dari pohon aren tersebut meningkat. Peningkatan hingga 200 persen lebih sejak hari pertama Ramadhan 1433 Hijriah.
Zuhra (45), pedagang kolang kaling di pasar Lambaro, mengatakan, pada hari biasa kolang kaling hanya dibeli pedagang minuman. Namun, pada bulan puasa banyak juga ibu rumah tangga yang membelinya.
"Sebelum Ramadhan buah ini hanya dibeli oleh pedagang minuman, dan satu hari hanya terjual antara 10 hingga 50 kilogram, tapi sejak pertama Ramadhan 1433 Hijriah sudah terjual 500 kilogram lebih," kata Zahra, Senin (23/7).
Menurut warga yang berdomisili di kawasan Sibreuh Kabupaten Aceh Besar itu, setiap hari ia menerima pasokan dari agen di Lampisang dan Seulimum. Selain dari daerah Kabupaten Aceh Besar, persediaan kolang kaling di ibukota Provinsi Aceh itu didatangkan dari Tangse, Kabupaten Pidie, dan beberapa daerah lain di pantai utara Aceh, bahkan ada dari wilayah Sumatra Utara.
"Kalau kolang-kaling dari Sumatra Utara buahnya besar tapi lebih banyak konsumen yang meminta hasil olahan dari Seulimum, Kabupaten Aceh Besar," katanya menjelaskan.
Selain menjual eceran per 300 gram, harga kolang kaling di daerah itu dijual Rp 12 ribu hingga Rp15 ribu pe kilogram.
Dikatakannya, buah kolang kaling selain untuk campuran minuman untuk berbuka juga digunakan untuk bahan membuat kue.