REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU), KH Mahbub Maafi menjelaskan, Ramadahan disebut juga sebagai syahrur rahmah atau bulan rahmat. Karena, menurut dia, di bulan suci ini Allah menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan petunjuk bagi umat Islam.
“Risalah ini dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat untuk seluruh semesta, untuk disebarkan kepada seluruh umat manusia. Itu adalah rahmat yang luar biasa yang patut kita syukuri,” ujar Kiai Mahbub kepada Republika, Jumat (1/4/2022).
Menurut dia, memang sangat banyak bentuk kasih sayang Allah yang diberikan di bulan Ramadhan. Di antaranya adalah adalah pintu-pintu surga dibuka, pintu ampunan Allah terbuka lebar, dan banyak amalan-amalan yang lebih besar pahalanya pada bulan puasa.
“Misalnya bersedakah pahalanya lebih besar dibandingkan pada bulan-bulan lain, begitu juga membaca Alquran. Jadi, pahalanya pun ditingkatkan dibandingkan bulan-bulan yang lain,” kata Kiai Mahbub.
Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menumbuhkan jiwa kasih sayang. Dalam sebuah hadits juga disebutkan, “Irhamu man fil ardli yarhamkum man fis sama”. Artinya, “Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu.” (HR Abu Dawud dan Timidzi).
Kiai Mahbub menjelaskan, pada bulan puasa umat Islam sebenarnya juga diajarkan untuk meningkatkan kasih sayang. Saat berpuasa, menurut dia, umat Islam harus menahan syahwat perut mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.