Dengan lapar dan haus sepanjang hari selama sebulan, diharapkan bisa tumbuh jiwa kasih sayang terhadap orang sekitar yang kurang beruntung. Kasih sayang kepada mereka akan menjadi mesin pendorong untuk bersimpati dan berempati dalam bentuk berbagi rezeki kepada sesama.
“Diharapkan dari sini kita bisa merasakan penderitaan orang-orang yang lemah. Dari sini, kemudian muncul kasih sayang kita kepada pihak-pihak yang lemah. Itu bagian dari hikmah Allah SWT mewajibkan kita untuk melakukan ibadah puasa,” jelas Kiai Mahbub.
Rasulullah SAW juga mendorong umat Islam untuk berbagi, bersedekah, dengan memberi makan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa dengan menjanjikan pahala seperti orang yang berpuasa itu. “Pada bulan Ramadhan itu anjuran untuk bersedekah, untuk membantu pihak lain yang lemah itu diharapkan ditingkatkan lagi,” kata dia.
Selain itu, Kiai Mahbub juga berharap proses latihan untuk meningkatkan kasih sayang di bulan Ramadahan itu juga bisa berdampak pada bulan-bulan setelahnya. Karena, menurut dia, salah satu indikator puasa yang diterima oleh Allah SWT adalah dengan menjadi pribadi yang lebih baik di bulan-bulan setelah Ramadhan.
“Diharapkan setelah Ramadhan itu kita juga menjadi lebih baik daripada sebleumnya, menjadi orang yang lebih perhatian kepada kelompok atau kalangan yang lemah, menjadi orang yang lebih menyayangi kepada orang-orang tertindas,” jelas Kiai Mahbub.