Puasa 16 Jam di Wisconsin Amerika Serikat

Red: Agung Sasongko

Senin 03 Jun 2019 12:45 WIB

Endang Fourianalistiyawati, adalah mahasiswa S3 di School of Human Ecology, University of Wisconsin, Madison, di negara bagian Wisconsin. Foto:

Kegiatan selama Ramadan

Selama bulan Ramadan, Zhi tetap menjalani aktivitas sekolah dengan normal. Saat ini, Ia bersekolah di jenjang pendidikan SD kelas dua, dan tahun ini adalah tahun kedua Zhi latihan berpuasa penuh, dengan tantangan yang berbeda.

Saat istirahat, pihak sekolah memperbolehkan Zhi untuk berada di perpustakaan karena umumnya para murid dipersilakan ke kantin untuk santap siang dan bercengkrama dengan sesama murid. Namun karena Zhi puasa, Ia bisa mendapat pengecualian dan boleh menghabiskan waktu dengan membaca buku di perpustakaan.

Selama puasa, kegiatan saya pun juga terus berjalan normal bahkan saya sedang menjalani ujian akhir semester di minggu awal puasa. Alhamdulillah dukungan suami membuat saya dapat melewati minggu awal berpuasa dan ujian akhir semester ini dengan sukses.

Suami yang juga memiliki jadwal kegiatannya sendiri, masih menyempatkan membantu menyiapkan makanan untuk berbuka dan sahur. Bila saya sedang sibuk, suami membantu mengerjakan pekerjaan rumah termasuk menyiapkan semua keperluan keluarga.

Selesai ujian, aktivitas di kampus saya berlanjut dengan mengikuti program magang di Health Mindfulness Program  untuk mendampingi ibu hamil dan pasangannya dalam pelatihan Mindfulness-Based Childbirth and Parenting (MBCP), pelatihan-pelatihan, program bimbingan dan kursus jarak jauh untuk mengambil sertifikasi level 2 sebagai tahapan terakhir menjadi Mindfulness-Based Childbirth and Parenting Teacher (MBCP) dari MBCP foundation.

Berbagai kegiatan di atas yang saya jalani selama bulan Ramadhan ini saya lakukan selama seharian penuh dan tentu saja diselingi dengan istirahat dan makan siang. Biasanya para guru, mentor dan teman-teman yang menawarkan makanan akan sangat mengerti alasan saya tidak menerima ajakan mereka untuk ikut makan karena sedang berpuasa. Bahkan ini bisa menjadi momen bagi saya untuk menjelaskan alasan saya berpuasa dan kewajiban salat lima waktu bagi Muslim. Buat saya, ini adalah salah satu bentuk toleransi dari rekan-rekan non-Muslim di sekitar saya.

Praktek toleransi lain yang saya syukuri adalah untuk salat, jika kegiatan diadakan di gedung fakultas saya, biasanya saya melaksanakan salat di ruangan kerja saya, atau di aula khusus mahasiswa tingkat lanjut. Namun jika diadakan di gedung lain, terkadang mereka sendiri sudah berinisiatif menyediakan satu ruangan khusus untuk saya dapat melaksanakan salat atau saya bisa menunaikan salat di ruang kelas yang kosong.

Selain aktivitas rutin tersebut, saya bersyukur karena di Madison terdapat satu mesjid dan dua Islamic center yang juga berfungsi sebagai mesjid, dengan berbagai kegiatan Ramadan untuk orang dewasa dan anak-anak.  Kegiatan untuk anak-anak misalnya Sekolah Minggu, Kelas Bahasa Arab dan Kelas Menghapal Al-Quran.

Sementara untuk dewasa, terdapat kegiatan pengajian, majelis Taklim dan kajian Al-Quran. Sekali waktu saya berkesempatan mengisi sesi sekolah minggu untuk anak-anak berusia 8 tahun ke bawah. Kegiatan kami isi dengan setoran hafalan dari juz 30 dan menulis huruf hijaiyah. Pada kegiatan Kajian yang saya ikuti, dominan peserta berasal dari mahasiswi muslim di Madison yang berasal dari berbagai negara, seperti Mesir, Bangladesh, dan Sudan.

Topik yang kami diskusikan biasanya seputar sejarah dan asal muasal turunnya surat-surat di dalam Al-Qur’an, sebelum ditutup dengan sesi setoran hafalan dari surat yang dibahas tersebut. Kegiatan-kegiatan ini pada umumnya juga dilaksanakan di luar Ramadan, namun pada saat Ramadhan ditambah dengan kegiatan khas Ramadhan seperti buka bersama, tausiyah rutin setiap malam dan salat tarawih.  

 

 

Terpopuler