Puasa Umat Terdahulu

Red: Agung Sasongko

Selasa 14 May 2019 11:17 WIB

Ramadhan Foto:

Sedangkan Nabi Yunus berpuasa dari makan dan minum saat berada dalam perut ikan besar selama beberapa hari, kemudian berbuka puasa setelah dimuntahkan kembali dari dalam perut ikan itu. Untuk berbuka, dikisahkan, beliau memakan buah semacam labu yang tumbuh di tepi pantai.

Nabi Ayub berpuasa pada waktu hidup dalam serba kekurangan dan menderita penyakit selama bertahun-tahun, sampai akhirnya lepas dari cobaan itu. Nabi Syuaib terkenal kesalehannya dan sebagai orang tua yang banyak melakukan puasa dalam rangka bertakwa kepada Allah, di samping dalam rangka hidup sederhana dan untuk kelestarian generasi sesudahnya.

Nabi Musa berpuasa selama 40 hari 40 malam dalam persiapan menerima wahyu dari Allah di Bukit Sinai. Hal yang sama juga dilakukan oleh Nabi Ilyas ketika akan pergi ke Gunung Horeb untuk menerima wahyu dari Allah. Sedangkan, Nabi Isa mulai berpuasa ketika  mulai tampil di muka umum untuk menyatakan dirinya sebagai rasul.

Nabi Daud biasa berpuasa secara berselang, sehari berpuasa dan sehari tidak berpuasa. Dalam Perjanjian Lama disebutkan bahwa Nabi Daud berpuasa selama tujuh hari pada waktu putranya sakit keras. Untuk memohon kesembuhan dari Allah bagi putranya itu, dia berpuasa sambil menutup diri dalam kamarnya, dan terus-menerus menangis karena sedih. Pada hari ketujuh dari puasanya itu, putranya meninggal dunia. Setelah mengetahui itu, dia tidak meneruskan puasanya lagi.

Jadi, boleh dibilang tradisi puasa sama tuanya dengan peradaban manusia. Menurut ulama terkemuka, Syekh Wahbah az-Zuhaili, kewajiban puasa Ramadhan bagi umat Nabi Muhammad SAW mengandung begitu banyak faidah, baik material maupun spiritual.

"Pelaksanaan puasa merupakan perwujudan ketaatan terhadap perintah Allah SWT, yang dapat menjauhkan seorang Muslim dari siksaan Allah SWT, karena puasa merupakan sarana penebus dosa," ujar Syekh az-Zuhaili. Selain itu, kata dia, puasa juga menjadi sarana pendidikan moral yang dapat melahirkan perangai-perangai luhur.

Menurut Syekh az-Zuhaili, puasa bisa menjadi alat yang ampuh untuk memerangi hawa nafsu. Puasa mengajarkan kejujuran, kesabaran, kedisiplinan, menjernihkan pikiran. Dalam konteks hubungan sesama manusia, puasa dapat menumbuhkan rasa kasih sayang dan persaudaraan yang tinggi.

Terpopuler