Mengapa Allah SWT Rahasiakan Waktu Lailatul Qadar? Ini Penjelasan Para Ulama

Red: Nashih Nashrullah

Sabtu 06 Apr 2024 15:19 WIB

Itikaf di Masjid. Tak ada yang bisa memastikan kapan terjadi Lailatul Qadar Foto: Antara Itikaf di Masjid. Tak ada yang bisa memastikan kapan terjadi Lailatul Qadar

Oleh : Dr Yendri Junaidi, Ketua MUI Kota Tanah Datar Bidang Fatwa dan Hukum  

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Siapa yang tidak mau ibadah yang dilakukannya semalam sama nilainya dengan ibadah selama 83 tahun 4 bulan?

Tentu ini jauh lebih ‘menggiurkan’ daripada kerja semalam digaji layaknya kerja 83 tahun 4 bulan. Bahkan tak bisa dibandingkan sama sekali. Karena yang pertama ukhrawi sementara yang kedua duniawi. Belum lagi doa di malam itu sangat potensial untuk dikabulkan. 

Baca Juga

Tapi kebanyakan orang ingin sesuatu yang bersifat instan. Kalau bisa dipermudah mengapa mesti dipersulit. Begitu kira-kira slogan mereka. Walau ada juga yang punya slogan sebaliknya, kalau bisa dipersulit mengapa harus dipermudah.

Banyak orang suka jalan pintas. Daripada susah-susah ‘begadang’ sebulan penuh di malam-malam Ramadhan, akan lebih baik kalau dicari tahu pada malam keberapa persisnya, atau setidaknya dugaan terkuatnya, Lailatul Qadar itu terjadi.

Maka dibukalah kitab-kitab hadits. Yang paling mudah dijangkau adalah kitab Fathul Bari karya al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani –رحمه الله- yang dijuluki sebagai ‘kamus sunnah’. Ternyata, menurut Ibnu Hajar, ada lebih dari empat puluh (40) pendapat tentang kapan terjadinya Lailatul Qadar. Jumlah yang tidak sedikit untuk melakukan tarjih. 

Ada pendapat yang menyatakan bahwa Lailatul Qadar hanya terjadi saat Alquran turun pertama kali. Sekali itu saja. Setelah itu tidak ada lagi. 

Ada yang mengatakan bahwa Lailatul Qadar terjadi sepanjang tahun, tidak hanya di bulan Ramadhan saja. Pendapat lainnya menyebut tanggal-tanggal tertentu, seperti tanggal 17 Ramadhan (dan ini yang menjadi dasar kenapa peringatan Nuzul Quran diperingati setiap 17 Ramadhan), 21, 23, 25, 27, dan 29 Ramadhan. Bahkan ada pendapat yang menyebut tanggal-tanggal genap seperti 18, 20, 24 Ramadhan dan seterusnya.

Subhanallah… Ternyata ketika Allah –سبحانه وتعالى- ingin merahasiakan sesuatu, maka usaha apapun untuk ‘memastikannya’ hanya akan membuat sesuatu itu semakin kabur dan tidak terlacak. 

Mirip dengan ini, ketika Rasulullah –صلى الله عليه وآله وسلم- menyebutkan bahwa pada hari Jumat ada satu ‘saat’ dimana doa yang dipanjatkan pada saat itu pasti dikabulkan Allah -سبحانه وتعالى-. Beberapa ulama mencoba ‘mencari tahu’ kapan saat yang mustajab itu. Alih-alih menemukan titik terang, yang terjadi justeru perbedaan pendapat yang mencapai angka 42 qaul sebagaimana diuraikan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari. Akhirnya ‘saat mustajab’ itupun tetap tidak terungkap. Malah menjadi semakin ‘kabur’.

Dari sini kita bisa menyimpulkan, bahwa ketika Allah –عز وجل- ingin merahasiakan ‘timing’ suatu peristiwa, maka jangan menyusahkan diri untuk mencari tahu kapan peristiwa itu akan terjadi. Yang ada bukannya menemukan titik terang, melainkan kita menjadi semakin bingung, dan membingungkan orang lain.

Walaupun demikian, mayoritas ulama lebih men-tarjih pendapat yang menyatakan bahwa Lailatul Qadar akan tetap terjadi pada Ramadhan setiap tahun (bukan hanya sekali saat Alquran turun pertama kali saja), dan ia akan terjadi pada sepuluh terakhir Ramadhan, terutama di malam-malam ganjil.

Ada pendapat yang sangat populer di kalangan ulama bahwa Lailatul Qadar terjadi pada malam 27 Ramadhan. Karena itu, biasanya di malam ini, di berbagai negara Arab, masyarakat berbondong-bondong meramaikan masjid untuk melaksanakan sholat tarawih berjamah dengan harapan bisa mendapatkan lailatul qadar.

Yang unik, ada sebuah riwayat yang dinisbahkan kepada Ibnu Abbas –رضي الله عنهما- . Dia memilih pendapat yang mengatakan lailatul qadr terjadi pada malam 27 Ramadhan dengan alasan yang unik. 

Terpopuler