Kemenag: Hilal Awal Ramadhan Masih Rendah Sehingga Sulit Dirukyat

Red: Ani Nursalikah

Ahad 10 Mar 2024 19:41 WIB

Umat muslim mengamati posisi hilal awal Ramadhan 1445 Hijriah di Masjid Al-Musyariin, Jalan Basmol Raya, Jakarta Barat, Ahad (10/3/2024). Tim Lembaga Falakiyah Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol DKI Jakarta menentukan 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024 setelah melihat hilal 1,7 derajat atau tidak memenuhi syarat imkanur rukyat yakni posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat. Kementerian Agama menggelar pemantauan hilal awal Ramadhan 1445 Hijriah di 134 lokasi di Indonesia dan 4 lokasi di DKI Jakarta. Foto: Republika/Thoudy Badai Umat muslim mengamati posisi hilal awal Ramadhan 1445 Hijriah di Masjid Al-Musyariin, Jalan Basmol Raya, Jakarta Barat, Ahad (10/3/2024). Tim Lembaga Falakiyah Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol DKI Jakarta menentukan 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024 setelah melihat hilal 1,7 derajat atau tidak memenuhi syarat imkanur rukyat yakni posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat. Kementerian Agama menggelar pemantauan hilal awal Ramadhan 1445 Hijriah di 134 lokasi di Indonesia dan 4 lokasi di DKI Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama Cecep Nurwendaya mengatakan visibilitas hilal awal Ramadhan masih berada di bawah kriteria baru MABIMS (Menteri Agama Brunei Indonesia Malaysia Singapura), sehingga kemungkinan tidak dapat teramati (rukyat).

 

Baca Juga

"Di seluruh wilayah Indonesia, posisi hilal pada 29 Syakban 1445 H sudah berada di atas ufuk. Namun demikian, masih berada di bawah kriteria imkanur rukyat MABIMS," ujar Cecep dalam paparan hilal awal Ramadhan di Jakarta, Ahad (10/3/2024).

 

Kriteria baru MABIMS menetapkan bahwa secara astronomis, hilal dapat teramati jika bulan memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasinya minimal 6,4 derajat.

 

Sementara menurut Cecep, pada saat Magrib, 10 Maret 2024, tinggi hilal di seluruh wilayah Indonesia berada antara - 0° 20‘ 01“ (-0,33°) s.d. 0° 50‘ 01“ (0,83°) dan elongasi antara 2° 15‘ 53“ (2,26°) s.d. 2° 35‘ 15“ (2,59°).

 

"Bila melihat angka tersebut, hilal menjelang awal Ramadhan 1445 H pada hari rukyat ini secara teoritis dapat diprediksi tidak akan terukyat, karena posisinya berada di bawah kriteria Imkan Rukyat tersebut," kata Cecep.

Maka dari itu, kata Cecep, jika data tersebut dikaitkan dengan potensi rukyatul hilal, secara astronomis atau hisab, dimungkinkan awal bulan Ramadhan jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.

 

Hasil hisab ini, selanjutnya akan dikonfirmasi melalui pengamatan hilal (rukyatulhilal). "Rukyatulhilal itu sifatnya konfirmasi. Jika nanti ada yang bisa mengamati hilal, maka Ramadhan jatuh esok hari. Tapi bila tidak bisa teramati, maka bulan Syakban digenapkan menjadi 30 hari, sehingga1 Ramadhan jatuh pada 12 Maret 2024," ujar Cecep.

 

Hari ini, Kemenag menggelar pemantauan hilal (rukyatulhilal) awal Ramadan di 134 titik di seluruh Indonesia. Rukyatul hilal dilaksanakan Kanwil Kementerian Agama dan Kemenag kabupaten/kota, bekerja sama dengan pengadilan agama, ormas Islam serta instansi lain di daerah setempat.

 

Sidang Isbat penentuan awal Ramadhan 1445 H dilakukan dengan mempertimbangkan informasi awal berdasarkan hasil perhitungan secara astronomis atau hisab, serta hasil konfirmasi lapangan melalui mekanisme pemantauan hilal.