'Hidangan Tuhan', Tradisi Takjil Bersama di Arab Saudi Termasuk Masjidil Haram dan Nabawi 

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah

Selasa 05 Mar 2024 13:05 WIB

Umat Islam menanti waktu berbuka puasa dengan takjil yang dibagikan warga Madinah di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi. Foto: Antara/Aji Styawan Umat Islam menanti waktu berbuka puasa dengan takjil yang dibagikan warga Madinah di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Maidaturrahman merupakan jamuan buka puasa yang telah menjadi sebuah tradisi di jazirah arab, termasuk Arab Saudi.

Sebelumnya, Otoritas Umum untuk Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi telah mengeluarkan pedoman pemberian takjil buka puasa untuk Ramadhan 2024 M/1445 H. Otoritas menyediakan aplikasi untuk penyedia layanan makan buka puasa di Masjidil Haram selama Ramadhan.

Baca Juga

Penyedia layanan diharuskan tunduk pada kondisi dan standar yang telah ditetapkan. Penyedia dapat secara elektronik memilih lokasi makanan dan diharuskan membuat kontrak dengan perusahaan katering yang disetujui atau pabrik dan gudang yang disetujui Otoritas Makanan dan Obat-obatan Saudi.

Maidaturrahman juga disebut dengan hidangan Tuhan, karena umumnya akan digelar di masjid-masjid besar ataupun di tenda-tenda disepanjang jalan utama di ibu kota.

Maidaturrahman merupakan tradisi yang tidak bisa dipisahkan dengan Ramadhan. Tradisi ini sudah berjalan beratus-ratus tahun sejak Islam hadir di Mesir maupun Arab Saudi. 

Syarat untuk mendapatkan makanan gratis Maidaturrahman adalah duduk di bangku-bangku kecil yang sudah disediakan. Karena jumlah makanan biasanya disesuaikan dengan jumlah kursi yang ada. 

Waktu berbuka puasa sendiri adalah saat matahari terbenam. Bagi orang-orang yang berbuka puasa di Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah, tentunya memiliki pengalaman yang lebih diberkati dan nyata. 

Saat berbuka puasa di dua kota suci tersebut, orang-orang sering duduk bersama orang-orang asing yang berbeda kebangsaan dan bahasa, dan mereka hanya memiliki satu kesamaan yaitu mereka berpuasa karena ketaatan kepada Allah SWT. Faktanya, banyak yang mengatakan bahwa pengalaman tersebut membantu mereka mengembangkan etos persaudaraan.

Dilansir dari Arab News, setelah kain buka puasa diletakkan memanjang, tidak ada hierarki tempat orang duduk. Semua orang sama duduk berhadap-hadapan. 

Dalam ekspresi kasih persaudaraan yang luar biasa, orang kaya dan orang miskin, orang kulit hitam dan orang kulit putih, terlihat duduk bersama dan berbagi makanan yang sama. 

Sebagian besar makanan yang ditawarkan di masjid-masjid suci disumbangkan oleh masyarakat setempat, yang juga membawa masakan lokal Arab Saudi. 

Sungguh luar biasa melihat orang-orang ini sibuk meletakkan taplak meja, menyiapkan cangkir, membagikan kopi, teh, dan kurma, serta sering menunda waktu berbuka puasa mereka sendiri untuk memastikan para pengunjung masjid suci merasa tenang dan nyaman.

Dilansir dari Saudi Gazette, Setiap hari di bulan Ramadhan, makanan buka puasa disajikan kepada ratusan ribu peziarah dan pengunjung ke dua masjid suci dengan kerja sama organisasi amal serta para dermawan.

 

 

 

Terpopuler