Imam Asy Sya'rani menjelaskan bahwa keringanan tersebut diperuntukan bagi orang pedalaman yang sulit mencapai lagi masjid untuk melaksanakan sholat Jumat setelah paginya melaksanakan sholat Id.
ومن ذلك قول الشافعي إذا وافق يوم العيد يوم جمعة فلا تسقط صلاة الجمعة بصلاة العيدعن أهل البلد بخلاف أهل القرى إذا حضروا فإنها تسقط عنهم ويجوز لهم ترك الجمعة والإنصراف
Artinya, “Salah satunya adalah pendapat Imam As-Syafi’i, ‘Jika hari Id berbarengan dengan hari Jumat, maka kewajiban sholat Jumat tidak gugur dari penduduk kota dengan sebab pelaksanaan sholat Id. Lain halnya dengan penduduk pedalaman, bila mereka menghadiri sholat Id, maka kewajiban sholat Jumat gugur dari mereka. Mereka boleh meninggalkan Jumat dan bergeser menuju kediaman mereka di pedalaman’” (Imam As-Sya’rani dalam Al-Mizanul Kubra)
Begitu juga dipaparkan oleh Imam Nawawi dalam Raudhatut Thalibin wa ‘Umdatul Muftin:
إذا وافق يوم العيد يوم جمعة وحضر أهل القرى الذين يبلغهم لصلاة العيد وعلموا أنهم لو انصرفوا لفاتتهم الجمعة فلهم أن ينصرفوا ويتركوا الجمعة في هذا اليوم على الصحيح المنصوص في القديم والجديد وعلى الشاذ عليهم الصبر للجمع
Artinya, “Bila hari Id berbarengan dengan hari Jumat–sementara penduduk pedalaman yang sampai kepada mereka untuk sholat id itu mengadiri sholat Id serta mereka mengerti bila bergeser ke pedalaman (kembali) akan luput dari sholat Jumat, maka mereka boleh bergeser sejak pagi dan boleh meninggalkan sholat Jumat pada hari tersebut, menurut pendapat shahih yang tersebut nashnya pada qaul qadim dan jaded. Tetapi menurut qaul syadz yang tidak umum, mereka wajib bersabar menahan diri untuk menghadiri gabungan keduanya (sholat Id dan Jumat).
"Jadi kalau ada kepentingan tentu boleh kita sholat zhuhur saja. Tetapi kalau melaksanakan sholat Jumat, itu lebih baik. Sekarang kan tidak kesulitan mencari masjid, itu mudah sekali," katanya.