REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI — Semakin banyak bukti mulai menunjukkan manfaat kesehatan yang luar biasa dari puasa. Temuan mengungkapkan bahwa puasa tidak hanya dapat menurunkan berat badan tetapi juga memberikan dampak positif lain terhadap kesehatan organ pencernaan misalnya usus.
Oleh karena itu, dokter di Uni Emirat Arab (UEA) meminta penduduk untuk memaksimalkan manfaat ini selama bulan suci dan bisa dilanjutkan setelahnya. Karena, menjaga kesehatan usus juga dapat membantu mengurangi banyak keluhan umum gastrointestinal yang dilaporkan pada Ramadhan, termasuk refluks asam dan gangguan pencernaan.
Apa itu mikrobioma?
"Mikrobioma (dapat dianggap) salah satu organ terbesar dalam tubuh kita, yang terdiri dari triliunan organisme yang terdiri dari bakteri, jamur yang saling menguntungkan. Hampir semua membantu kesehatan kita dan membantu pencernaan, menjaga kesehatan sistem kekebalan tubuh, dan mencegah mikroorganisme berbahaya untuk tinggal. Mikrobiota usus juga memainkan peran penting dalam proses biologis kita, termasuk penyerapan nutrisi dan mineral, produksi asam lemak rantai pendek (yang menyediakan energi ke sel usus besar), dan sintesis enzim, vitamin, dan asam amino," ujar Ketua gastroenterologi di Sheikh Shakhbout Medical City (SSMC), Dr Michael Wallace dilansir dari Gulf News, Senin (10/4/2023).
Beberapa penelitian terbaru telah secara efektif menunjukkan bagaimana puasa membantu kelompok tertentu dari bakteri sehat, yang dikenal sebagai lachnospiraceae usus, untuk berkembang lebih banyak.
Bakteri ini bertanggung jawab untuk memproduksi butirat, asam lemak yang bertindak sebagai sumber energi utama sel usus besar dan juga membantu mengurangi peradangan. Oleh karena itu membantu lapisan usus.
Baca juga: 6 Fakta Seputar Saddam Hussein yang Jarang Diketahui, Salah Satunya Anti Israel
Beberapa di antaranya diserap ke dalam aliran darah, dan dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Itu juga dapat membantu metabolisme dan pemulihan otot.
“Kami tidak sepenuhnya memahami dan menghargai semua efeknya. Tapi ini hanya satu kelompok bakteri yang memiliki dampak positif (pada tubuh manusia) karena puasa,” jelas Ahli gastroenterologi di Mubadala Health Dubai, Dr Pranab Gyawali.
Penelitian tersebut diterbitkan dalam American Journal of Nutrition pada 2021, juga menemukan bahwa peningkatan jumlah lachnospiraceae hanya berlangsung selama bulan puasa.
Efek metabolisme dan anti-aging ini telah membuat puasa jauh lebih umum sebagai alternatif diet dan gaya hidup, terutama dalam bentuk puasa intermiten.
"Beberapa praktik yang diketahui mendukung mikrobiota usus, dan mereka juga membantu mengurangi masalah pencernaan yang biasa dilaporkan pada bulan Ramadhan," kata Dr Gyawali.
Faktanya, kekhawatiran yang paling banyak dilaporkan pada Ramadhan, setelah periode awal penyesuaian, adalah mulas dan refluks asam.