Banyak Non-Muslim di Arab Saudi Memilih Berpuasa Ramadhan

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah

Ahad 01 May 2022 18:10 WIB

Ilustrasi penjual makanan berbuka puasa. Banyak Non-Muslim di Arab Saudi Memilih Berpuasa Ramadhan Foto:

1

Selama Ramadhan, tubuh terbiasa makan lebih sedikit, dan ini memberi kesempatan pada perut dan sistem pencernaan untuk mengecil. Ini secara langsung mengontrol rasa lapar karena nafsu makan berkurang, seringkali menyebabkan penurunan berat badan.

Sementara Mariah Ross (21 tahun) dari Cleveland, Amerika Serikat (AS) berbagi pengalamannya sebagai non-Muslim yang berpuasa selama Ramadhan. “Saya mulai berpuasa ketika saya melakukan perjalanan internasional pertama saya ke Turki. Saya bepergian dengan sahabat Muslim saya, jadi kami memutuskan berpuasa bersama dan menikmati Turki seperti penduduk setempat selama Ramadhan,” kata Ross.

Ross telah berpuasa berkali-kali selama perjalanannya di negara-negara Muslim dan saat di universitas. Sebagian besar teman intinya berasal dari negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi, Kuwait, dan Oman.

“Saya menghabiskan Ramadhan itu setiap hari dengan teman-teman saya, dan kami selalu makan buka puasa bersama, baik pergi makan atau di salah satu apartemen kami,” ucap Ross.

Saat di universitas, Ross menikah dengan seorang pria Muslim Saudi. Sekarang, dia merayakan Ramadhan bersamanya setiap tahun.

“Ramadhan hanyalah salah satu hari libur yang biasa bagi saya, sama seperti Natal di AS di mana saya akan membelikan hadiah untuk semua orang,” kata Ross.

Wanita asal Georgia, Ana Mailova mengatakan dia berpuasa pada kunjungan pertamanya ke Arab Saudi. “Tentu saja, pertama kali saya merayakan Ramadhan bersama teman saya Haifa dan keluarganya di Khafji. Mereka seperti keluarga saya sekarang,” kata Mailova.

“Saya bertemu Haifa melalui perusahaan perjalanan di Georgia tempat kami bekerja bersama,” lanjut Mailova.

Dia mengatakan pemilik perusahaan perjalanan adalah keponakan Haifa. Dia mengundang mereka ke rumahnya untuk bertemu keluarganya, dan persahabatan mereka berkembang.

Meskipun mereka berbeda dalam keyakinan agama, banyak ekspatriat telah terhubung dan membangun persahabatan yang langgeng dengan Muslim lokal yang tinggal di Kerajaan. Persahabatan yang bermanfaat ini telah menghasilkan berbagi dan perpaduan budaya serta praktik.