Tidur Sehat Saat Puasa (3-habis)

Rep: Hannan Putra/ Red: Hafidz Muftisany

Kamis 26 Jul 2012 08:34 WIB

Tidur (Ilustrasi) Tidur (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Nabi SAW Mendoakan baik kepada orang-orang yang beraktivitas pada Pagi hari. Penulis yang produktif kebanyakan tidak menyia-nyiakan kesempatan waktu pagi (dini hari) karena membuat pikiran cerah dan konsentrasi otak penuh ditambah dukungan udara yang belum terkontaminasi polusi.

Orang yang tidur pagi dengan demikian kehilangan kesempatan berharga ditambah tidak mendapatkan doa baik itu. Doa beliau berbunyi, "Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu pagi-paginya.” (HR. Abu Dawud).

Tidurnya orang berpuasa memang bernilai ibadah karena dibanding dengan tidak tidur tetapi membuat kesalahan dan melakukan dosa. Namun, waktu puasa digunakan untuk aktivitas yang positif tentu lebih baik dibandingkan dengan tidur melulu.

Logikanya, jika tidurnya saja bernilai ibadah maka apalagi kegiatan positifnya. Karena itu, mazhab Maliki berpendapat memperbanyak tidur di bulan puasa hukumnya makruh (boleh namun dibenci).

Pada hari-hari menjalani puasa, orang tetap dituntut untuk kerja dan beraktivitas seproduktif-produktifnya sebagaimana pada hari-hari biasa. Puasa tidak boleh dijadikan kendala untuk beraktivitas. Bagi sebagian orang, puasa malah menjadi media yang efektif untuk meningkatkan produktivitas kerja.

Waktu adalah uang. The time is money. Atau, menurut sahabat Umar ibnul Khaththab, waktu laksana pedang. Waktu harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya, tidak sampai terbuang dengan sia-sia. Kewajiban dan tanggung jawab hidup di dunia masih banyak berada di pundak.

Waktu tidak boleh habis oleh tidur lebih-lebih pada saat puasa. Apalagi banyak tidur berefek jelek bagi kesehatan tubuh. Dan, lagi pula kelak di alam kubur kita semua akan bisa tidur dengan sepuas-puasnya.