REPUBLIKA.CO.ID, Sejumlah literatur kedokteran menyebutkan, bahwa liver mampu mengubah sebagian besar bahan beracun yang sering kali larut dalam lemak menjadi bahan tidak beracun yang larut dalam air, yang dikeluarkan liver melalui sistem pencernaan atau keluar melalui ginjal (dalam bentuk air kencing).
Selama berpuasa, sejumlah besar cadangan lemak yang tersimpan dalam tubuh bergerak menuju liver untuk dilakukan oksidasi dan diolah, serta untuk dikeluarkan racunnya yang sudah larut di dalamnya. Sehingga, racunnya pun akan hilang dan terbuang bersama sekresi-sekresi tubuh lainnya.
Selama puasa, aktivitas sel-sel ini berada pada tingkat kapabilitas yang tertinggi untuk melakukan segala tugasnya. Ia pun melahap bakteri-bakteri setelah terlebih dahulu diserang secara ketat oleh zat-zat antibodi.
Karena proses katabolisme di dalam liver selama puasa mengalahkan proses anabolisme dalam asimilasi makanan, maka pada rentang waktu ini kesempatan membuang racun yang menumpuk di dalam sel-sel tubuh pun semakin besar.
Aktivitas sel-sel liver pun kian bertambah dalam menghilangkan racun berbagai bahan beracun. Dengan demikian, puasa dapat dianggap sebagai kesaksian medis yang menunjukkan kesehatan sistem-sistem.
Dr Mac Fadon, salah seorang dokter kelas dunia yang memiliki minat pengkajian terhadap puasa dan pengaruhnya mengatakan, "Semua orang membutuhkan puasa meskipun ia tidak sakit. Karena racun-racun makanan dan obat-obatan sering terakumulasi di dalam tubuh, sehingga akan membuatnya jatuh sakit, dan membebaninya hingga memperlemah aktivitasnya."
jadi, jika orang melakukan puasa, maka dia akan terbebas dari risiko-risiko racun tersebut serta akan merasakan vitalitas dan kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.