Turunkan Lemak Tubuh? Berpuasalah (1)

Rep: Hannan Putra/ Red: Hafidz Muftisany

Senin 09 Jul 2012 21:12 WIB

Obesitas (ilustrasi) Obesitas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Obesitas (kegemukan) terkait erat dengan pola makan yang berlebihan, khususnya makanan yang kaya lemak. Fakta menunjukkan, bahwa obesitas selalu bergandeng dengan tingginya risiko terkena berbagai penyakit jantung vaskular, seperti gagal jantung, serangan jantung , sakit pembuluh darah koroner, dan sakit tersumbat­nya pembuluh darah yang melingkupi jantung.

Obesitas terjadi karena adanya gangguan hubungan antara ketiga unsur energi, yaitu: volume makanan yang dikonsum­si, energi yang dikeluarkan untuk beraktivitas dan bergerak, serta energi yang tersimpan dalam bentuk lemak.

Sebenarnya ada banyak perubahan biokimia yang mengiringi obesitas. Akan tetapi yang terpenting adalah perubahan pola metabolisme lemak, sehingga jumlah protein-protein lemak (jenis beta) di dalam plasma mengalami kenaikan, begi­tu pula asam lemak bebas, ditambah lagi dengan peningkatan drastis konsentrasi insulin di dalam darah.

Banyak orang berupaya mengatasi obesitas dengan mene­rapkan berbagai pola makan. Namun sebagian besar pola ma­kan ini asal-asalan dan tidak berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah. Pola-pola makan (diet) tersebut hanya bekerja meng­hilangkan sebagian besar kadar air tubuh secara relatif, sehingga memberikan kesan penurunan berat badan. Padahal ini bisa berakibat fatal.

Puasa dalam Islam yang ideal merupakan terapi istimewa untuk mencegah sekaligus mengobati obesitas. Makan yang berim­bang dan menahan diri sementara waktu disertai mobilitas gerak dan aktivitas merupakan dua faktor yang berpen­garuh dalam menurunkan berat badan.

Hal ini disebabkan peningkatan angka rata-rata metabolisme makanan setelah makan sahur dan pengerahan lemak yang tertimbun menuju pusat-pusat oksidasi dalam rangka memproduksi energi yang dibutuhkan setelah tengah hari.

Para ilmuwan fisiologis mengatakan, bahwa peningkatan angka rata-rata metabolisme makanan setelah makan sahur disebabkan oleh kenaikan adrenalin dan nuradrenalin serta peningkatan sympathetic discharge, akibat aktivitas sistem syaraf simpatik dan kerja daya gerak spesifik. Masing-masing jenis komposisi makanan mengon­sumsi energi definitif selama proses asimilasi makanan.

Terpopuler