Lebaran Mendekat, Omzet Jasa Penukaran Uang Meroket

Red: Karta Raharja Ucu

Selasa 14 Aug 2012 17:32 WIB

  Sekelompok warga menawarkan jasa penukaran uang kepada pengendara di tepi jalan (ilustrasi). Foto: Antara/Herry Murdy Hermawan Sekelompok warga menawarkan jasa penukaran uang kepada pengendara di tepi jalan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tradisi membagi-bagikan uang baru pada Hari Raya Idul Fitri membuat omzet jasa penukaran uang meroket. Jasa penukaran uang di Terminal Kampung Rambutan contohnya, sejak H-13 (6/8) hingga H-6 (13/8) lebaran, rata-rata omzet penjual jasa penukaran uang mencapai dua juta rupiah per harinya.

"Sejak satu pekan lalu, rata-rata penukaran uang berkisar dua juta rupiah per harinya, dengan intensitas penukar yang beragam," kata penjual jasa tukar uang di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Gultom, Selasa (14/8).

Wanita 51 tahun itu mengaku, pekan lalu mendapat pelanggan yang menukarkan uangnya sebesar lima juta rupiah dengan pecahan uang yang beragam. Selain penukaran dalam jumlah besar, Gultom juga menerima penukaran secara ketengan dengan jumlah minimal Rp 50 ribu.

Menurut Gultom, sejak H-8 (11/8) hingga H-6 (13/8) jumlah penukar uang semakin banyak seiring dengan mendekatnya hari Lebaran. "Kami tidak akan kurangi jumlah uang dan hanya ambil keuntungan sebesar 10 persen dari tukaran uang," tegas Gultom.

Dengan demikian, jika pelanggan hendak menukar uang sebesar Rp 50 ribu dengan pecahan uang berapa pun, maka pelanggan harus membayar lima ribu rupiah sebagai margin keuntungan bagi penjual jasa tukar uang.

Dikatakan Gultom, ia tidak mendapatkan uangnya dari layanan tukar uang dari Bank Indonesia (BI) yang ada di lapangan Monas, Jakarta Pusat, melainkan dari sejumlah bandar yang ada di Kampung Rambutan.

"Kalau kami harus ke BI yang di Monas, kami tidak bisa dapat banyak uang tukaran, paling hanya satu jenis nominal saja," jelas Gultom.

Terkait uang palsu, Gultom menjamin uang yang ditukarnya asli terbitan Bank Indonesia atau Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri). Selain itu, dia mengaku rekannya pernah mendapat tukaran uang palsu pecahan seratus ribu rupiah sebanyak dua juta rupiah.

"Mereka awalnya minta dahulu uang dari penjual dua juta rupiah untuk dihitung, dan memberikan uang tukarannya setelah menerimanya tanpa menunggu kami memeriksa, kemudian pelaku langsung kabur membawa uang," jelas Gultom.

Kendati demikian, menurut Gultom, rekannya tidak tertipu karena begitu memeriksa selembar uang tersebut, dia langsung mengetahui jika itu uang palsu dan meneriaki sang pelaku. "Pelaku langsung kabur naik motor dan melempar tas uangnya, jadi tidak rugi," jelas dia.

Gultom mengatakan untuk keamanan para penjual jasa tukar uang, sejumlah pengusaha melakukan transaksi di tempat yang ramai.

Kendati tidak membawa alat pemeriksa uang palsu, namun Gultom mengaku telah terbiasa mengetahui mana uang asli maupun palsu.

"Saya jualan bersama anak saya, banyak juga ini teman-teman yang usaha seperti ini," ungkap ibu yang berasal dari Medan, Sumatera Utara.

Sementara itu, pengguna jasa tukar uang, Asep (35) mengaku terbantu dengan adanya jasa tersebut. Menurut dia, ketimbang harus datang ke bank atau ke BI, dia lebih memilih menukarkan uangnya kepada penjual jasa tukar uang di terminal kendati dipungut biaya tambahan karena lebih dekat.

"Ini buat memberi amplop kepada kerabat di kampung, jadi banyak uang kecilnya," kata Asep yang akan mudik ke Banjar, Jawa Barat.

Asep mengaku tidak khawatir uang yang ditukarnya berstatus palsu karena bisa langsung memeriksa di tempat ketika penukar uang masih ada.

Terpopuler