REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Berdasarkan pemantauan Badan Hisab Rukiyat (BHR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), hilal belum dapat terlihat di Makassar.
"Hilal pada posisi satu derajat 19 menit sudah wujud, namun belum dapat dilihat apalagi dalam kondisi mendung," kata Ketua BHR Sulsel Abbas Padil usai pemantauan hilal pada pukul 18.05 Wita di Makassar, Kamis.
Ia mengatakan, posisi hilal di tiga titik pemantauan lainnya yakni Jakarta, Pelabuhan Ratu dan Jayapura juga menunjukkan hasil yang kurang lebih serupa. "Jakarta satu derajat 43 menit, Pelabuhan Ratu satu derajat 52 menit dan Jayapura nol derajat 14 menit," ujarnya.
Perbedaan penetapan satu Ramadan karena terdapat dua pendapat. Bagi yang berpegang pada hisab Wujudul hilal, satu Ramadan 1433 H jatuh pada Jumat, 20 Juli 2012.
Sedangkan yang berpegang pada Inkanur Rukiyat yakni standar posisi hilal dua derajat ke atas, satu Ramadan jatuh pada Sabtu, 21 Juli 2012.
Abbas menambahkan, hasil pemantauan di Makassar ini akan disampaikan ke Kementerian Agama sebagai bahan dan dasar penetapan satu Ramadan dalam sidang Isbat.
Hasil pemantauan posisi hilal yang dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda yakni satu derajat 20 menit.
"Hasilnya kurang lebih sama dengan Badan Hisab Rukiyat. Dari perhitungan pergerakan awan yang dilakukan sejak pukul 14.00 Wita, bergerak ke arah barat. Kemungkinannya sangat kecil untuk melihat hilal," kata Perwakilan BMKG, Irwan.
Kepala Bidang Urusan Agama Islam Kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulsel Kaswad Sartono, mengatakan, ada kemungkinan perbedaan Satu Syawal 1433 Hijriah. Kedua metode perhitungan, sama-sama benar dan memiliki dasar.
Namun, pihaknya mengharapkan, seluruh pihak dapat saling menghormati dan menunjukkan toleransi antara satu sama lain."Mudah-mudahan perbedaan ini menjadi rahmat dan selama Ramadan suasana dan kondisi di Sulsel selalu damai. Selamat berpuasa," katanya.