REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI - Seorang sarjana Islam mengatakan, bulan Ramadhan merupakan waktu yang tepat untuk berbuat lebih banyak, bukan untuk bermalas-malasan atau tidak aktif.
"Tidak ada dasar bagi siapa pun mengklaim karena mereka sedang berpuasa, mereka bersantai-santai atau mengambil lebih banyak waktu libur," kata Dr Mohammed Al Qubaisi, Mufti besar di Urusan Islam dan Amal Departemen Kegiatan di Dubai.
"Anda tidak akan mendapatkan banyak dari Ramadhan jika Anda tidak aktif," katanya lagi mengingatkan.
Dr Al Qubaisi mengatakan bulan suci Ramadhan tidak dimaksudkan untuk memaksakan atau
menyengsarakan mereka yang sedang berpuasa. Ia menceritakan, ketika itu Nabi Muhammad SAW mendatangi seklompok pemuda yang tengah duduk-duduk.
Ketika itu Nabi bertanya apa yang salah, mereka mengatakan mereka berpuasa dan lemah. Nabi menyuruh mereka untuk berbuka dan membayar utang pausanya kemudian. "Siapa saja yang menghadapi kesulitan sepanjang hari yang membahayakan kesehatan mereka dapat berbuka dan utang puasanya itu nanti," kata Dr Al Qubaisi.
"Untuk buruh atau mereka yang bekerja di luar, setiap saat mereka merasakan tekanan atau kesulitan ketika mereka harus berbuka puasa. Mereka tidak diizinkan untuk melanjutkan puasanya jika membahayakan hidup dan kesehatan mereka," tuturnya.
Dengan pengecualian orang yang telah disarankan untuk tidak berpuasa oleh dokter, semua Muslim harus berpuasa. Wanita hamil dan menyusui harus berpuasa kecuali itu membahayakan mereka atau kesehatan bayi mereka.
"Untuk mereka yang mengidap penyakit kronis dan orang tua tidak diharuskan cepat berbuka, tetapi mereka harus memberi makan satu orang miskin untuk setiap hari," kata Dr Al Qubaisi.