REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Rami Shaaban menyambut bulan Ramadhan dengan penuh rasa syukur. Mantan kiper Timnas Swedia itu menyebut Ramadhan sebagai berkah yang tak ternilai.
Apa pasal? Tidak lain karena ia bisa menjalankan ritual puasa selama sebulan penuh tanpa takut tergoda imannya.
Di kalangan masyarakat Eropa, timbul penafsiran kalau umat Islam yang berpuasa pasti menderita. Mereka beranggapan pesepak bola Muslim yang berpuasa harus menahan haus sembari tetap menjaga staminanya di lapangan. Hal itu bagi mereka mustahil, sehingga ada anggapan puasa Ramadhan hanya menyesengsarakan umat Islam.
Mantan kiper Arsenal itu mencoba meluruskan pendapat sebagian orang Barat tentang puasa. Menurut dia, Islam mengajarkan bagaimana caranya menumbuhkan empati kepada kaum papa dengan berpuasa di bulan Ramadhan.
"It's not a month to feel tortured people (Ramadhan itu bukan bulan di mana Muslim merasa tersiksa)," kicau pemain keturunan Mesir itu lewat ?@shaabanrami.
Shaaban yang selama ini dikenal sebagai pesepak bola Muslim taat menjelaskan bahwa Islam tidak akan menyusahkan umatnya. Yang terjadi, kata dia, kaum Muslim bisa menikmati puasa Ramadhan dengan penuh kebahagiaan sambil menahan lapar hingga matahari terbenam.
"You can still smile and listen to Music and enjoy life even in Ramadan (Kamu masih dapat tersenyum dan mendengarkan musik, serta menikmati hidup bahkan saat bulan Ramadhan tiba)," ujar kiper Hammarby IF tersebut.
Shaaban dikenal sebagai pribadi pendiam. Namun untuk urusan agama, ia patut dijadikan panutan. Pasalnya sebelum bertanding ia biasanya melafalkan beberapa ayat Alquran agar bisa mendapat hasil pertandingan memuaskan.
Dia juga menegaskan tidak pernah minum minuman beralkohol yang diharamkan, termasuk dugem di klub malam yang menjadi kebiasaan pesepak bola pada umumnya.