Setan saat Ramadhan Dibelenggu, Ini Penjelasannya

Rep: Ali Yusuf/ Red: Agung Sasongko

Rabu 06 Apr 2022 08:58 WIB

Ilustrasi Ramadhan Foto:

1

Kedua, bahwa dibelenggunya setan tidak berarti semua jenis setan. Bisa saja yang dimaksud adalah setan-setan tertentu yang paling jahat dan berbahaya, seperti disebutkan pada sebagian riwayat yaitu setan-setan yang biasa mencuri berita langit (maradatus syayahin) yang dilempari dan dikejar-kejar dengan bintang berapi. 
 
Demikian juga yang diisyaratkan dalam Alquran Al-Jin ayat 8-9 yang artinya, 
 
"Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)"
 
Sebagian setan dari bangsa jin mempunyai kemampuan mengintai dan mencuri pembicaraan para Malaikat tentang perkara gaib dan apa yang akan terjadi di bumi. Setan-setan bangsa Jin itu membawa berita langit itu ke bumi dengan cara dibisikkan secara bersambung dari satu setan ke setan yang lain, kemudian setan yang terakhir membisikannya kepada para dukun dan tukang sihir setelah dicampur dengan seratus kebohongan. Para dukun dan tukang sihir itu kemudian menyampaikan ramalan kepada manusia seakan mereka orang-orang sakti dan orang-orang pintar, padahal mereka para pemuja setan.
 
Ketiga, bahwa dibelenggunya setan tidak berarti untuk semua manusia, melainkan hanya untuk orang-orang mukmin yang taat menjalankan puasa. Adapun orang-orang kafir dan orang muslim yang maksiat maka setan tetap leluasa menggoda dan memperdayakan mereka.
 
Keempat, dengan dibelenggunya setan pada bulan Ramadhan mengandung pengertian celaan yang sangat bagi para pelaku kemaksiatan. Karena orang-orang yang maksiat di bulan Ramadhan tidak punya lagi alasan untuk mempersalahkan setan. Bahwa kejahatan manusia di bulan Ramadhan itu bukan lagi dorongan setan dari luar dirinya, melainkan setan dalam jiwanya sendiri yang jahat. 
 
"Maka kejahatan orang tersebut murni tangungjawabnya sendiri, ia telah memilih keburukan dengan kesadaran dan tanpa intervensi makhluk manapun dari luar dirinya," katanya.
 
Dengan demikian dapat dipahamkan bahwa jika amal saleh dilipat gandakan pahalanya, maka kemaksiatan juga sangat berlipat ganda kehinaannya 

 

 

Terpopuler