"Ada hubungan spiritual bagi beberapa pelanggan. Banyak yang memilih untuk melestarikan Alquran yang diturunkan dari kerabat. Ada yang bilang Alquran ini berbau kakek atau orang tuaku," tutur Drebi.
Dia juga menuturkan, dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak wanita telah bergabung dengan barisan perajin sukarela. "Sebagian besar wanita dilatih untuk memperbaiki Alquran dan hari ini mereka memiliki rumah restorasi sendiri. Kami tidak akan bisa berpikir untuk melakukan ini, jika bukan karena wanita yang cakap ini," tambahnya.
Salah satu perajin perempuan ialah Khadija Mahmoud, yang pernah mengadakan sesi pelatihan bagi perempuan tunanetra. Bagi Mahmoud, yang melatih perempuan di sebuah rumah restorasi di Zawiya, 45 kilometer sebelah barat Tripoli, memperbaiki Alquran adalah kegiatan yang memungkinkan mereka bekerja dengan nyaman dan lebih cepat.
Mahmoud juga menyampaikan, pekerjaan restorasi telah memberi banyak wanita cara yang berarti untuk mengisi waktu luang mereka. "Sebagian besar peserta pelatihan adalah pensiunan. Bagi mereka, tidak ada yang lebih baik daripada menghabiskan waktu luang mereka dalam pelayanan Alquran," imbuhnya.