Keistimewaan Ibadah Ramadhan

Rep: Ali Yusuf/ Red: Agung Sasongko

Senin 04 Apr 2022 13:13 WIB

Ilustrasi Ramadhan Foto:

1

Dasar hukumnya dari menghidupkan malam Ramadhan adalah, ada dalam hadist, dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
 
مَنْ قامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
 
"Barangsiapa yang melaksanakan qiyam Ramadhon dengan penuh keimanan dan mengharap pahala kepada Allah, akan diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lalu."
 
Yang dimaksud dengan 'man qoma ramadhona / مَنْ قَامَ رَمَضَان) adalah mendirikan shalat dan tilawat qur'an pada malam-malam Ramadhon. Maksud dari ungkapan ( imanan/إِيمَانًا ) adalah meyakini dengan sepenuhnya kepada janji Allah akan pahala yang telah disiapkan.
 
Maksud dari ungkapan 'wahtisaban/وَاحْتِسَابًا) adalah hanya mengharap pahala semata tidak ada tujuan yang lain baik itu riya’ dan yang sejenisnya. Adapun maksud dari ungkapan
*غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبه/ghufiralahu maa tawaddamma min zambikh* 
 Yang diampuni adalah mencakup semua dosa kecil dan semua dosa-dosa besar.
 
KH Zulkifli mengatakan, ada waktu paling utama saat Ramadhan, yaitu di sepuluh malam yang terakhir terdapat malam Lailatul Qadar yang Allah telah mengabadikannya dalam firman-Nya:
 لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (سورة القدر: 3)
 
Malam lailatul qadar adalah lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadar: 3)
 
Jika kita ibadah di malam tersebut, maka kita seakan ibadab 83 tahu. Untuk itu umat Islam harus menyiapkan waktu mengejar malam Lailatul Qadar.
 

 

"Seribu bulan sama dengan ibadah 83 tahun Wallahu A’lam. Semoga Allah terima amal ibadah Ramadhan kita semua," katanya.

Terpopuler