Ramadhan dan Tradisi Klasik Kuwait yang Mulai Pudar  

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nashih Nashrullah

Jumat 01 Apr 2022 14:45 WIB

Ilustrasi Ramadhan. Tradisi klasik sambut Ramadhan di Kuwait mulai pudar Foto:

1

Hari ini, Girgian telah dikomersialkan secara menyeluruh. Penganan sederhana dahulu kala digantikan oleh cokelat gourmet dan kacang eksotis, yang disimpan dalam tas dan kantong bermerek yang seringkali lebih mahal daripada isinya.

Tak hanya itu, orang tua juga membuat tas terpisah dengan nama anak-anak mereka tercetak di atasnya, bahkan mencoba untuk mengalahkan keluarga lain dalam membuat tampilan yang paling eksklusif.

Selanjutnya, kegiatan yang dilakukan dalam menyambut Ramadhan adalah Ghabqa, yaitu pertemuan keluarga dan teman di malam hari bulan Ramadhan.

Seperti Girgian, ghabqa saat ini lebih condong pada urusan perusahaan mewah yang mengundang klien dan karyawan bersama dengan keluarganya untuk bersenang-senang dan berpesta di malam hari.

Di era modern, teknologi ketepatan waktu, perhitungan astronomi dan bahkan aplikasi seluler ini, keberadaan meriam buka puasa tidak mungkin selamat dari masa lalu. Suara ledakan dari alat ini memberi isyarat kepada umat beriman bahwa sudah waktunya untuk berbuka puasa.

Meski demikian, kegiatan 'Midfa al iftar' tetap berlangsung setiap hari di Istana Naif, yang telah dipugar dengan indah di Kota Kuwait. Tembakan meriam menarik perhatian puluhan keluarga dan anak-anak setiap harinya, bahkan disiarkan langsung di TV dan radio Kuwait.

Halaman terbuka di istana tempat upacara berlangsung diatur menyerupai Kuwait zaman pra-minyak, lengkap dengan mobil antik, pengrajin dan anak-anak dalam pakaian tradisional. Penembakan dilakukan oleh tiga penjaga berseragam dengan warna merah.

Sejalan dengan tren di dunia Arab dan Islam, masyarakat Kuwait menjadi lebih konservatif dan religius.

Baca juga: Persamaan dan Perbedaan Sholat Tarawih, Qiyam, dan Tahajud

Meskipun bukan tradisi sosial, shalat tahajud berjamaah selama sepuluh malam terakhir Ramadhan dilakukan di sebagian besar masjid di seluruh negara bagian.

Popularitas sholat qiyamullail telah meroket dalam dekade terakhir, dengan Masjidil Haram memimpin kebangkitannya.

Ribuan orang menghadiri sholat malam setiap hari, dengan lebih dari 100 ribu jamaah berkumpul di masjid terbesar di Kuwait pada malam ke-27 Ramadhan. Pembaca Alquran terbaik memimpin doa, dipimpin oleh Sheikh Meshari Al-Afasi, yang terkenal di seluruh dunia Muslim karena pembacaan kitab sucinya yang merdu.

Seperti yang dikatakan banyak orang, satu-satunya hal yang konstan di dunia ini adalah perubahan, dan tradisi Ramadhan tidak terkecuali. Beberapa adat mungkin telah mati, tetapi semangat bulan suci ini tetap hidup dan berkembang di Kuwait.  

 

 

Sumber: kuwaittimes 

Terpopuler