REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Global Health, Inggris mengungkapkan puasa aman dilakukan meski selama pandemi Covid-19.
Ada lebih dari tiga juta Muslim di Inggris. Jumlah itu sekitar lima persen dari populasi. Sebagian besar berasal dari Asia Selatan.
Banyak komunitas Muslim terkena dampak pandemi secara tidak proporsional bersama dengan kelompok minoritas lainnya. "Temuan kami menunjukkan praktik yang terkait dengan Ramadhan tidak memiliki efek merugikan pada kematian akibat Covid-19," kata laporan itu dikutip dari Aljazirah.
Ada banyak komentar yang menunjukkan perilaku dan praktik budaya komunitas minoritas menjelaskan peningkatan keterpaparan mereka terhadap pandemi. Hal itu mengacu pada saran dari beberapa komentator Inggris tahun lalu bahwa mungkin ada lonjakan infeksi selama Ramadhan.
Klaim ini tidak berdasarkan bukti. Sebaliknya, mereka adalah gangguan yang tidak membantu dari ketidaksetaraan dalam faktor penentu sosial kesehatan. Ketidaksetaraan itu dalam kondisi hidup dan kerja, yang telah menjadi pendorong utama ketidaksetaraan kesehatan untuk semua kelompok yang kurang beruntung secara sosial sebelum dan juga selama pandemi Covid-19.