REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Prof KH Ahmad Satori Ismail berpendapat sholat tarawih tidak perlu dilakukan dua shift.
"Kalau seandainya corona ini belum terselesaikan permasalahannya, maka kalau dianggap menurut dokter Islam, kesepakatan dokter Islam bahwa masih bahaya ya, maka bisa saja seperti itu (sholat tarawih dua shift)," kata KH Ahmad saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (24/3).
Akan tetapi, pembatasan di masjid itu juga harus diberlakukan juga di tempat-tempat lain seperti pasar, mal, dan tempat yang mengundang banyak orang. "Kalau menurut saya wallahualam ini. Karena ketika sholat itu jamaahnya menghadap satu arah kiblat, kemudian mereka juga di situ hanya zikir bukan ngobrol. Asal jaga jarak satu meter itu terlaksana dengan baik, tidak usah dijadikan dua shift," katanya.
KH Ahmad menuturkan, jika April sudah tidak musim hujan, maka mushala dan masjid yang memiliki halaman luas bisa dijadikan tempat sholat. Sehingga protokol kesehatan dijalankan, syiar Islam melalui sholat tarawih tetap dilaksanakan.
"Insya Allah tidak harus dijadikan dua shift," katanya.