REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Uni Emirat Arab (UEA) mengumumkan, Rabu (20/5), sholat Idul Fitri tidak akan dilakukan di masjid, melainkan di rumah. Masjid akan tetap ditutup untuk mencegah penyebaran virus corona.
"Sesuai Dewan Fatwa Emirat, sholat Idul Fitri harus dilakukan di rumah. Mengambil semua tindakan pencegahan untuk melindungi diri sendiri dan keluarga Anda adalah komitmen agama dan nasional," kata juru bicara resmi untuk Otoritas Umum Urusan Islam dan Wakaf (Awqaf), Abdul Rahman al-Shamsi dilansir dari laman Al Arabiya, Kamis (21/5).
Al-Shamsi mengatakan, masyarakat akan mendengar panggilan takbir untuk Idul Fitri 10 menit sebelum waktu sholat. Hal ini dilakukan untuk menjaga ritual dan menandai Hari Raya keagamaan saat tinggal di rumah.
"Meskipun kami akan tinggal di rumah, kami masih dapat mempertahankan semangat Idul Fitri, berkomunikasi dengan anggota keluarga kami dan bertukar salam Idul Fitri melalui alat komunikasi virtual," kata al-Shamsi melalui Twitter.
Kementerian Kesehatan UAE mengumumkan mereka telah mendeteksi 941 kasus virus corona. Untuk itu, jumlah infeksi yang dikonfirmasi menjadi 26.004.
Sebelumnya pada Rabu, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Human Resources dan Emiratisation mengumumkan program disinfeksi nasional di UEA akan diperpanjang selama dua jam di kawasan industri. Ini akan dimulai dari pukul 18.00 sampai 06.00, sebagai bagian dari upaya di negara ini untuk mencegah penyebaran virus.
Ia meminta semua orang mematuhi tindakan penanggulangan Covid-19 selama Idul Fitri. Setiap pelanggaran akan memiliki efek buruk pada seluruh masyarakat, dan pelanggar akan dikenakan sanksi administratif dan tindakan disipliner.
Al-Shamsi juga meminta kepada masyarakat agar menghentikan distribusi Eidaya (hadiah uang kepada anak-anak selama Idul Fitri). Hal ini karena dalam beberapa penelitian mengonfirmasi virus dapat ditularkan melalui uang kertas.
"Kami menyarankan menghindari peredaran uang kertas dan menggunakan alat pembayaran elektronik sebagai gantinya untuk menghindari risiko apa pun, terutama mereka yang biasanya mengambil Eidayah adalah anak-anak yang mungkin tidak sepenuhnya menyadari langkah-langkah pencegahan," kata dia.
"Keputusan menjaga mal terbuka untuk waktu-waktu tertentu selama Idul Fitri datang setelah memastikan mereka telah menerapkan semua tindakan pencegahan, termasuk bekerja pada kapasitas 30 persen, menegakkan jarak keamanan dua meter, dan melarang masuknya orang di atas 60 tahun dan anak-anak di bawah 12, selain membatasi perjalanan belanja bagi siapa pun hingga maksimum dua jam," ujar dia.